Selasa, 03 April 2012

TUTI INDRA MALAON "Sang Primadona Teater"


Profil

Dra. Tuti Indra Malaon, seorang aktris panggung dan film yang memiliki banyak talenta. Tuti terlahir dengan nama Pudjiastuti di Jakarta, 1 Desember 1939. Tuti Indra Malaon adalah seorang wanita yang melengkapi karirnya sebagai seorang akademisi di almamaternya, di Fakultas Sastra UI. Selain itu, Tuti adalah seorang anggota Dewan MPR dan pemimpin majalah "Zaman". Tuti tumbuh dari keluarga yang justru tidak berminat pada seni apapun, ayahnya adalah seorang republikan, dan Tuti sejak kecil telah tertarik pada seni. 

Minat Tuti pada seni terus berkembang ketika remaja. Ia pernah terpilih sebagai penari Istana Negara RI sekaligus menjadi anggota Ikatan Seni Tari Indonesia. Ketika kuliah di Fakultas Sastra UI, jurusan Sastra Inggris, ia terpilih menjadi salah satu penari yang dikirim ke berbagai negara sebagai Duta Indonesia. Selain seni tari, Tuti juga memiliki minat yang besar pada seni drama dan teater. Setelah menjadi sarjana dan menikah dengan Indra Malaon, di tahun 1968 Tuti menjadi dosen Fakultas Sastra UI. Selain mengajar di jurusan Sastra Inggris, Tuti juga mengajar mata kuliah Drama Absurd Amerika, setelah mendalami ilmu black theatre di Amerika Serikat.


                                        Tuti Indra Malaon dalam film Ibunda
 
Tuti telah mengenal Teguh Karya sejak masih duduk di bangku mahasiswa, dan Tuti adalah salah satu pendiri Teater Populer. Ketika Teguh membuat film bioskop pertama, Wajah Seorang Laki-laki (1971), Tuti ikut main. Tidak banyak jumlah film yang ia bintangi, Tuti termasuk selektif dalam memilih peran. Itu karena Tuti memiliki sejumlah kesibukan di luar film, dan tentunya untuk menjaga kualitas akting. Di era 80-an, Tuti bermain di sejumlah film drama 'serius', seperti Putri Seorang Jenderal, Neraca Kasih, Ibunda, dan Pacar Ketinggalan Kereta. Dua film terakhir memberikan Tuti dua Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik pada FFI 1986 dan FFI 1989. Selain film, Tuti juga tampil berteater dengan bermain di sejumlah pementasan, salah satunya pentas "Opera Kecoa" yang digarap Teater Koma. Tuti juga memiliki kesibukan dengan mengelola usaha jasa Humas PEN, dan melalui PEN ia mencari sponsor untuk membuat kandang harimau putih di kebun binatang Ragunan, Jakarta. 

Tuti Indra Malaon wafat di Jakarta, 20 September 1989 karena sakit. Dua bulan kemudian Tuti dianugerahi Piala Citra sebagai Aktris Utama Terbaik. Pada Festival Film Indonesia 2010, Tuti mendapat Lifetime Achievement Award, yang diterima oleh anak dan cucunya. Tuti Indra Malaon adalah aktris yang lengkap, akting mumpuninya dilengkapi oleh ilmu dan wawasan yang tinggi.

Filmografi 
  • Wajah Seorang Laki-laki (1971)
  • Kawin Lari (1975)
  • Perkawinan Dalam Semusim (1976)
  • Putri Seorang Jenderal (1981)
  • Tali Merah Perkawinan (1981)
  • Neraca Kasih (1982)
  • Seandainya Aku Boleh Memilih (1984)
  • Ibunda (1986)
  • Perisai Kasih Yang Terkoyak (1986)
  • Cintaku di Rumah Susun (1987)
  • Pacar Ketinggalan Kereta (1988)

Prestasi 
  • Penghargaan Khusus FFI 1976, Aktris Komedi Terbaik (Kawin Lari)
  • Piala Citra FFI 1986, Pemeran Utama Wanita Terbaik (Ibunda)
  • Piala Citra FFI 1989, Pemeran Utama Wanita Terbaik (Pacar Ketinggalan Kereta)
  • Lifetime Achievement Award FFI 2010
  • Nominasi Piala Citra FFI 1983, Pemeran Pembantu Wanita (Neraca Kasih)
Trivia
  • Tuti Indra Malaon adalah seorang Dosen Fakultas Sastra UI, Anggota MPR-RI, Konsultan Humas, dan Eksekutif Media
  • Tuti Indra Malaon menang secara anumerta pada FFI 1989, karena telah wafat dua bulan sebelum acara puncak FFI
  • Ada sebuah kisah lucu antara Tuti Indra Malaon dengan Niniek L Karim, ketika menghadiri FFI 1986 di Denpasar, Bali, Tuti dan Niniek yang baru pertama kali mengikuti rangkaian penyambutan pada pawai artis FFI, enggan untuk ikut upacara penyambutan. Mereka bersembunyi di pohon Kamboja, di sudut panggung. Tetapi ketika pawai keliling kota, artis-artis lain sudah menaiki mobil, keduanya yang masih bersembunyi, dipaksa Panitia FFI untuk ikut pawai, semula mereka menolak, namun akhirnya mengalah. 

Cucu mendiang Tuti Indra Malaon menerima penghargaan FFI 2010



Sampul Majalah Femina yang legendaris, menampilkan Tuti Indra Malaon yang bertangan 10 dan ditengahnya ada gadis kecil, yang tak lain adalah Mieke Malaon, putrinya
(Sumber: www.femina.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar