1. TJOET NJA' DHIEN (Eros Djarot, 1986)
Salah satu film yang hampir dikatakan sempurna untuk penataan artistik, termasuk tata kostum dan rias. Eros Djarot terlihat sangat memperhatikan setiap detail dari film ini, tata kostum menggambarkan sosok Tjoet Nja Dhien pada saat itu, kehidupan gerilya dan kegetiran Tjoet Nja Dhien, serta para kompeni Belanda, semua tergambarkan dengan baik. Karena film ini adalah film biopik tokoh nyata, maka segala detail harus diperhatikan dengan sangat teliti.
2. GUNDALA PUTRA PETIR (Lilik Sudjio, 1981)
Salah satu dari sedikit film superhero Indonesia yang dikenang. Karena memang film ini bertemakan superhero, amak pemeran superhero Gundala (Teddy Purba) juga menggunakan kostum khas superhero. Kostum Gundala memang mirip Captain America. Gundala, karya Hasmi, berpakaian
hitam-hitam berupa kaus ketat yang menutupi seluruh tubuh dan sebagian
wajahnya. Kepalanya pun tertutup kedok hitam, dengan hiasan sayap atau
bulu di masing-masing kupingnya (konon, sayap di kuping itu perlambang
sayap burung garuda, lambang negara kita). Kostum ini mirip Captain
America. Bedanya, Gundala tertutup pakaian warna gelap sedang Captain
America (yang muncul di masa menjelang Perang Dunia II ketika patriotisme
Amerika memuncak) berwarna merah-putih-biru, warna bendera Amerika.
3. DOEA TANDA MATA (Teguh Karya, 1984)
Berlatar tahun 1930, dan menggambarkan suasana pergerakan pemuda saat itu, kostum para pemeran film ini juga terkonsep dengan baik dan dapat menggambarkan cara-cara berpakaian para pemuda terpelajar, dan wartawan pada era 30-an.
4. NOVEMBER 1828 (Teguh Karya, 1978)
Berlatar perang Diponegoro, artistik film ini tergarap dengan baik dan begitu teliti. Teguh Karya memang sangat memperhatikan semua detail film ini, dari adat istiadat zaman yang lampau di Jawa Tengah, kostum serta properti, semuanaya merupakan hidup kembalinya sebuah dokumentasi yang meyakinkan akuratnya.
5. PENGKHIANATAN G 30 S/PKI (Arifin C Noer, 1982)
Tak dapat dipungkiri, film ini adalah salah satu film yang memiliki konsep kostum yang bagus. Kostum pemeran para jenderal dengan keluarganya, pemerintah orde lama saat itu, pasukan cakra birawa, gerwani, para gembong PKI dan pelaku sejarah 1965 saat itu divisualisasikan dengan baik, atau bahkan sempurna. Hal ini didukung karena film ini juga dibiayai pemerintah dan propaganda, dan juga pastinya di eksekusi oleh maestro sekelas Arifin C Noer, salah satu sutradara yang penting akan 'detail' dalam setiap filmnya.
6. JAKA SEMBUNG SANG PENAKLUK (Sisworo Gautama Putra, 1981)
Film ini sangat fenomenal di jamannya, hingga sekarang menjadi legenda. Berasal dari komik, dan Sisworo Gautama berhasil memfilmkan tokoh Jaka Sembung ini. Film ini sebenarnya memakai 3 unsur cerita, percintaan, perlawanan dengan penjajah Belanda, tentang jago-jago tarung dahulu. Film ini sangat sukses mengangkat tentang jawara dulu, dengan latar di daerah Jawa Barat, tetapi tidak ada dialog Sunda sama sekali. Kostum yang dikenakan Jaka hampir sama dengan Si Pitung, bedanya jaka ikat kepala, Si Pitung pakai peci. Apakah ikat kepala adalah ikat kepala Sunda, tidak ada yang tahu. Yang pasti film ini sangat sukses mengangkat bagaimana hebatnya petarung-petarung jaman dahulu itu yang disinyalir memiliku ilmu yang hebat sekali.
7. SAUR SEPUH (Imam Tantowi, 1988)
Berasal dari sandiwara radio, film ini menjadi ditunggu-tunggu ketika diangkat ke layar lebar. Ternyata Imam Tantowi dapat menerjemahkan visualisasi dari radio ke dalam film dengan cukup baik. Kostum, setting, sosok karakter, dan adegannya hampir sama dengan imajinasi penikmat Saur Sepuh saat sandiwara radio.
8. IRA MAYA PUTRI CINDERELLA (Willy Wilianto, 1979)
Adaptasi dari cerita dongeng Eropa, dan dimanikan oleh artis cilik ngetop saat itu, Ira Maya Sopha, dan karakter Cinderella juga melekat pada dirinya sampai sekarang. Karena adaptasi dari dongeng, maka setting, kostum dan properti juga harus sama dengan cerita dongengnya. Hasilnya cukup unik dan menarik apalagi para kurcaci. karena mungkin saat itu cukup jarang film yang diadaptasi dari dongeng, khususnya dongeng impor.
9. SI BONEKA KAYU, PINOKIO (Willy Wilianto, 1979)
Selain Cinderella, dongeng impor yang diangkat ke layar lebar kita adalah kisah Pinokio, dan yang jadi Pinokio adalah Ateng. Kostum, Setting dan Properti juga digambarkan sama dengan cerita dalam dongeng. Hasilnya seperti menonton opera anak, yang jarang kita temui saat ini.
10. KISAH ANAK-ANAK ADAM (Ali Shahab, 1988)
Cerita Nabi Adam dan Hawa yang diusir dari surga, serta para keturunan yang nikah silang atas petunjuk Tuhan, sampai ke zaman Nabi Nuh. Unik dan jarang ada yang mau mengangkat cerita dan kisah nabi ke layar lebar, mungkin juga sifatnya yang sensitif, karena menyangkut agama dan kepercayaan. Tema film yang mengulas cerita nabi dan penghuni surga, dari setting, kostum dan properti digambarkan dengan cukup baik, meski mungkin kurang sempurna. Tapi yang menjadi nilai tambah adalah keberanian mengangkat tema yang berbeda.
11. ALADDIN DAN LAMPU WASIAT (Sisworo Gautama Putra, 1980)
Banyak film yang diadaptasi dari dongeng impor, juga membuat film-film tersebut juga membuat kesan dari tata kostumnya. Salah satunya, Aladdin dan lampu Wasiat ini. Sebelumnya juga pernah difilmkan tahun 1941 dan 1953, kali ini Aladdin diperankan Rano Karno. Jalan ceritanya sama dengan dongeng aslinya. Kostum, artistik serta propertinya pun dibuat hampir sama. Yang menarik karakter Jafar, musuh Aladdin, serta karakter Jin, yang dibuat hampir mirip seperti dongeng. Walau bukan cerita asli lokal, namun film ini menghibur dan salah satu film fantasi yang cukup jarang dibuat.
12. RA KARTINI (Sjuman Djaya, 1982)
Biopik RA Kartini lengkap dengan segala setting, properti dan kostum di kehidupan ningrat Jawa di abad ke 19, divisualiasikan sangat baik oleh Sjuman Djaya. Tentunya didukung oleh kekuatan akting prima dari para pemain, RA Kartini bisa dijadikan salah satu contoh film biopik terbaik. Tidak mudah memang membuat film biopik seorang tokoh, karena perlu ketelitian yang sangat mendalam dalam menerjemahkan pesan dan kehidupan seseorang bagi orang banyak.
12. RA KARTINI (Sjuman Djaya, 1982)
Biopik RA Kartini lengkap dengan segala setting, properti dan kostum di kehidupan ningrat Jawa di abad ke 19, divisualiasikan sangat baik oleh Sjuman Djaya. Tentunya didukung oleh kekuatan akting prima dari para pemain, RA Kartini bisa dijadikan salah satu contoh film biopik terbaik. Tidak mudah memang membuat film biopik seorang tokoh, karena perlu ketelitian yang sangat mendalam dalam menerjemahkan pesan dan kehidupan seseorang bagi orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar