Selasa, 15 Mei 2012

20 Film Klasik Penguras Air Mata (Bagian 1)


1. RATAPAN ANAK TIRI (Sandy Suwardi Hassan, 1973)



Inilah film pelopor lahirnya film-film melankolis yang mengurasi air mata penonton. Ratapan Anak Tiri (1973), menjadi film yang diperbincangkan pada era itu dan juga terkenang hingga kini. Tergambar jelas karakter hitam dan putih dalam film ini, dan tentunya menjadi film yang laris di masa itu. Berinti cerita pada malangnya nasib anak-anak yang ditinggal mati ibu kandungnya, dan ayah mereka yang dipenjara karena difitnah. Nasib mereka begitu malang karena di zalimi oleh ibu tiri mereka dan terlunta-lunta di jalanan mencari ayah mereka. Ramuan ini sukses besar, dan berhasil meraup 467.831 penonton, dan meraih penghargaan FFI 1974 untuk Pemain Cilik Terbaik (Faradilla Sandy) dan Film Terlaris. Mengangkat nama Faradilla Sandy, Dewi Rosaria Indah, dan karakter ibu tiri, Tanti Josepha.

2. TETESAN AIR MATA IBU (Iksan Lahardi, 1974)



Tahun berikutnya, 1974, muncul film melankolis lainnya, berjudul Tetesan Air Mata Ibu. Kemalangan nasib karakter utama (khususnya perempuan) diurai sepanjang film, menjadi resep mujarab untuk mendatangkan penonton di era itu. Film ini dibintangi penyanyi pop Emilia Contessa, Fifi Young dan Tatiek Tito. Tentunya sepanjang film ini menceritakan kemalangan nasib dan berakhir happy ending.

3. DIMANA KAU IBU (Hasmanan, 1973)


Rano Karno tampil cukup mengesankan dalam film ini. Begitu juga dengan Lenny Marlina, aktingnya cukup bagus dan dapat membawa penonton larut dalam kesedihan. Kisah hubungan gelap, yang melahirkan ank diluar nikah. Perpisahan ibu dan anak yang cukup menyedihkan, apalagi sang anak yang terlunta menjadi gelandangan. Seiring berjalannya cerita, ibu dan anak ini bertemu di rumah sakit setelah sang anak ditabrak mobil. Terdengar klise, namun penggarapannya cukup baik. Akting Lenny Marlina mendapat penghargaan PWI tahun 1974.

4.  AIR MATA KEKASIH (Lilik Sudjio, 1971)


Dari judulnya, sudah ketahuan bahwa film ini tipe film melankolis. Bercerita tentang dua pasang insan kekasih yang dihalangi percintaan mereka karena banyak hal. Diperankan cukup baik oleh Suzanna, dan didukung pemain-pemain handal, seperti Sofia WD dan AN Alcaff. Penghargaan PWI tahun 1972 untuk aktris terbaik, Suzanna, dan film ini pernah ditayangkan oleh RCTI.

5.  JANGAN AMBIL NYAWAKU (Sophan Sophiaan, 1981)


Adaptasi dari novel karya Titie Said, film karya Sophan Sophiaan ini memang cukup bagus untuk ditonton. Tidak hanya menyajikan kisah hidup Non (Lenny Marlina), yang menderita kanker rahim, tapi bagaimana semangat dan tidak keputusasaan Non untuk mencapai kesembuhannya. Kehidupan perkawinan Non dengan suami dan anak-anak mereka juga menjadi inti cerita, dan dalam film juga diceritakan bagaimana rasa kasih sayang antar anggota keluarga dan motivasi dari suami dan anak-anak untuk proses kesembuhan Non. Dimainkan bagus oleh sederetan pemain seperti Frans Tumbuan, Rima Melati, Lenny Marlina, Ria Irawan sebagai salah satu anak Non, dan yang mencuri perhatian, Titi Qadarsih yang berperan sebagai sesama pasien yang satu kamar dengan Non. Meraih 8 nominasi FFI 1982 dan mendapatkan Citra untuk Tata Kamera Terbaik. Film juga pernah dibuat ulang versi sinetron.

6. TAK SEINDAH KASIH MAMA (Hasmanan, 1986)


Film pilihan FFI 1987 ini menceritakan tentang kehidupan Nurhayati, wanita yang kehilangan suaminya secara mendadak, dan ketika dia menerima nasib bahwa dia mengidap sakit yang untuk hidup kemungkinannya sangat kecil. Nurhayati tak kuasa meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil ketika dia harus pergi dipanggil yang maha kuasa. Dengan berat hati, satu per satu anaknya dititipkan pada orang tua asuh, dan di akhir film Nur pun pegi dengan tenang. Cukup mengharukan, dan diperankan bagus oleh Zoraya Perucha, Deddy Mizwar, Nani Widjaya, Pietrajaya Burnama, dan lain-lain.

7. HATIKU BUKAN PUALAM (Nasri Cheppy, 1985)

 
Di era 80-an, muncul pula film-film melankolis yang tidak begitu menguras air mata seperti di era 70-an, tapi tetap berfokus pada penderitaan seorang wanita. Kali ini, Jenny Rachman berperan sebagai Hanum, wanita yang berada di posisi tidak mengenakkan dalam pernikahannya. Intrik dan konflik batin Hanumdengan dua lelaki dalam kehidupannya diurai sepanjang film, sampai akhirnya Hanum bertemu pria yang tepat. Disutradarai Nasri Cheppy, yang lebih dikeanl lewat film-film pop remaja. Mendapatkan Piala Citra untuk Poster film terbaik FFI 1986.

8. TELAGA AIR MATA (Christ Helwedery, 1986)


Adaptasi dari novel berjudul sama, Telaga Air Mata, mengisahkan penderitan berlarut-larut dari perempuan bernama Yeni (Nena Rosier), yang tumbuh dari keluarga berantakan, kemudian nasib dan penderitaan Yeni yang bertubi-tubi, dari masuknya Yeni ke rumah bordil, hampir diperkosa, kematian ibunya, kehamilan Yeni di luar nikah, dan ditambah dengan ceritanya yang cukup kompleks dan rumit. Salah satu film yang lolos seleksi FFI 1987.

9. BUAH HATI MAMA (Sophan Sophiaan, 1980)


Adaptasi dari cerita pendek karya Makmur Hendrik "Jangan Menangis Mama", film ini benar-benar film tentang problematika sebuah keluarga. Berinti cerita tentang adaptasi budaya dan kultur, dan kesalahpahaman dalam keluarga. Cukup dramatis dan membuat haru. Ditambah dengan akting dari Widyawati yang begitu emosional. Dalam film ini pula, Sophan Sophiaan tidak lupa menyelipkan semangat nasionalismenya seperti ada adegan Sophan menyanyikan lagu "Indonesia Pusaka", sama seperti film karya Sophan yang lain. Nominasi FFI 1981 untuk pemeran utama wanita, Widyawati, dan Tata Kamera.


10. ANAK-ANAK TAK BERIBU (Maman Firmansjah, 1980)



Lagi, kisah sedih anak-anak dengan ibu tiri mereka. Anak-anak ini mencari dimana keberadaan ibu kandung mereka, dan untuk mencapai tujuan itu, mereka berusaha melakukan apa saja, dari menjadi pembantu, tukan semir sepatu dan lain-lain. Kisah pun bergulir dengan kemalangan mereka, memang maksud film ini adalah mengumbar kesedihan, yaitui ketika salah satu anak, Memed terbawa kereta. Film ini pun berakhir dengan kematian salah satu anak itu. Menarik, karena diperankan oleh anak-anak Idris Sardi; Lukman Sardi, Santi Sardi dan Ajeng Triani Sardi, saat mereka masih kecil.


11. SENYUM DAN TANGIS (Arizal, 1974)

Satu lagi film melodrama penguras air mata atau film 'ratapan', Senyum dan tangis. Diperankan lagi oleh Rano Karno, yang menjadi Budi, anak yang berprestasi secara akademik, namun kurang dalam finansial. Ia dikeluarkan dari sekolah karena kurang biaya, dan penderitaan ini bertambah ketika ibunya meninggal karena terguncang, lalu nasib malang datang bertubi-tubi, dari masuk rumah sakit, kabur dari rumah sakit dengan kaki pincang sampai pada akhirnya nasib mujur menghampirinya.
12. YATIM (Bay Isbahi, 1973) 

 Cerita sedih dan pilu dari dua bersaudara, Rano dan Rini yang yatim piatu dan tinggal di rumah paman dan bibi mereka. Penderitaan mereka disana membuat mereka jadi gelandangan dan bertemu seorang tua yang mengasuh mereka. Cerita-cerita sedih mereka bergulir sampai pada akhirnya bakat musik mereka ditemukan, dan mereka berhasil menjadi penyanyi.

13. FAJAR MENYINGSING (Marhadi JF, 1975)

Hampir sama, mengisahkan anak-anak yang bernasib malang. Kali ini dimainkan Ria Irawan cilik, Adhi Irawan cilik, dan musisi Erwin Gutawa saat masih cilik. Ketiga anak ini dari kecil sudah merasakan pahitnyab hidup dan berbagai cobaan berat, namun semua dipikul mereka dengan tabah dan tegar sampai pada akhirnya mereka mendapatkan kebahagiaan. 
14.  JANGAN BIARKAN MEREKA LAPAR (Christ Pattikawa, 1975)


Film yang mengisahkan tentang dua anak laik-laki yang yang mengalami nasib kurang beruntung, yatim piatu, dan berjuang mencari uang dan meninggalkan sekolah. Dua adik perempuan mereka yang dititipkan, diangkat anak oleh keluarga berada, dan setelahj melewati rangkaian cerita sedih, akhirnya mereka dapat berkumpul lagi. Mendapatkan 3 penghargaan pada FFI 1976, yaitu artistik terbaik, Pemeran Harapan Pria untuk Enteng Tanamal, dan pemeran anak-anak terbaik untuk Sinyo Hilaul.

15. JANGAN KAU TANGISI (Ratno Timoer dan Indra Wijaya, 1974)


Pada era itu memang, kesengsaraan seorang perempuan dan anak banyak diangkat menajdi film. Ini salah satu contohnya. Dan Erwin Gutawa cilik memerankan seorang anak pincang bernama Sabar, anak korban perceraian, yang terus mengalami nasib buruk sampai ia sekarat dan bertemu ayah kandungnya.

16. JANGAN MENANGIS MAMA (Sofia WD, 1977)


Ketegaran seorang istri dan ibu dalam menghadapi guncangan-guncangan hebat dalam keluarga, menjadi inti cerita. Kepahitan hidup Nani dan problem keluarga mereka diurai sepanjang film hingga di akhir film, keluarga mereka hidup bahagia.


17. RATAPAN SI MISKIN (Sandy Suwardi Hassan, 1974)

 
Bukan Ratapan Anak Tiri, tapi Sandy Suwardi Hassan membuat film 'ratapan' yang serupa, tapi tak sama. Dua bersaudara yatim piatu mengalami nasib hidup yang malang karena harta warisan dikuasai paman dan bibinya yang jahat. Mereka pun terpisah karena konflik memuncak dengan paman mereka, dan akhirnya mereka dapat berkumpul kembali dan harta hak mereka bisa diterima karena pamannya kalah di pengadilan.

18.  RATAPAN DAN RINTIHAN (Sany Suwardi Hassan, 1974)


Sandy Suwardi Hassan kembali membuat film melodrama dengan menampilkan kembali Faradilla Sandy yang mencuat setelah Ratapan Anak Tiri. Kali ini, Ratapan dan Rintihan karya Sandy, lebih memfokuskan pada penderitaan seorang perempuan, yang bernama Marlia (Suzanna). Peristiwa-peristwa sedih yang cukup berbelit yang pastinya berakhir dengan bahagia.


19. SAYANGILAH DAKU (Motinggo Boesje, 1974)


Kisah pilu seorang wanita dengan fisik tak sempurna yang dimanfaatkan pemuda culas, karena mau hartanya saja. Seiring bergulirnya cerita, wanita ini akhirnya menemukan pemuda yang tulus mencintainya. Penderitaan wanita ini menjadi inti cerita, yang dimaksudkan untuk menguras air mata penonton. Dimainkan Dicky Zulkarnaen dan Deasy Arisandi.  

20. AKHIR SEBUAH IMPIAN (BEGITU KEHENDAK TUHAN) (Turino Djunaidy, 1973)



Penyanyi pop Emilia Contessa tampil dalam film ini bersama penyanyi Broery Pesolima. Kisah pilu Yanti, gadis yatim piatu yang mengejar cita-cita, tapi tak semudah itu banyak terjal dan hambatan yang menghadang. Yanti pun bertemu dengan Irwan, penyanyi terkenal. Setelah itu banyak pengalaman pahit, dan cerita sedih dialami Yanti, dari mau diperkosa hingga dijual seorang mucikari. Untuk mendukung cerita, film ini juga dihiasi banyak lagu-lagu dari Favourite's Group.

4 komentar:

  1. Film sedih Indonesia ternyata banyak banget ya? terlebih lagi pada masa 80 90 an.

    BalasHapus
  2. Jadi teringat masa² kecil,, coba bisa di putar lagi film² jadulnya ya? pasti seperti kembali ke masa dulu.

    BalasHapus
  3. Ada lagi yh Sedih judulnya Lembah Duka... Menguras Air Mata 😢

    BalasHapus
  4. saya sedih gapernah nonton semuanya..

    BalasHapus