IDRIS SARDI
Musikus, Penata Musik
Tahun Aktif : 1960 - sekarang
Quote:
“Jangan panggil saya Maestro. Si Biola Maut juga tidak. Jangan coba-coba. Panggil saja saya Mas Idris. Saya ini masih belajar, masih banyak yang lebh baik dari saya. Dulu mungkin saya populer. Tetapi orang besar belum tentu orang populer, dan orang populer juga belum tentu orang besar”
Prestasi :
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1974 (Cinta Pertama)
- Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1974 (Rio Anakku)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1975 (Senyum Di Pagi Bulan Desember)
- Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1976 (Cinta)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1977 (Sesuatu Yang Indah)
- Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1979 (Pengemis dan Tukang Becak)
- Penghargaan Khusus Piala MMPI, FFI 1981 (Para Perintis Kemerdekaan)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1984 (Budak Nafsu/Fatima)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1985 (Doea Tanda Mata)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1986 (Ibunda)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1988 (Tjoet Nja' Dhien)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1989 (Noesa Penida)
- Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1992 (Kuberikan Segalanya)
- Nominasi Piala Citra FFI 1979, Tata Musik (Pengemis dan Tukang Becak)
- Nominasi Piala Citra FFI 1980, Tata Musik (Anna Maria)
- Nominasi Piala Citra FFI 1982, Tata Musik (Sekuntum Mawar Putih)
- Nominasi Piala Citra FFI 1986, Tata Musik (Arie Hanggara)
- Nominasi Piala Citra FFI 1987, Tata Musik (Penyesalan Seumur Hidup)
- Nominasi Piala Citra FFI 1989, Tata Musik (Pacar Ketinggalan Kereta)
- Nominasi Piala Citra FFI 1991, Tata Musik (Potret)
- Nominasi Piala Citra FFI 1991, Tata Musik (Soerabaia 45)
Pria kelahiran 7 Juni 1938 itu adalah salah seorang komposer yang merasa beruntung dapat menjadi ilustrator musik untuk hampir semua sutradara-sutradara kenamaan Indonesia.
"Setiap sutradara berbeda dan saya beruntung semua saya dapat, dari Usmar (Ismail) sampai Wim (Umboh) saya dapat semua. Oleh sebab itu, saya kaya dalam imajinasi," Katanya. Dari film-film karya sutradara besar itu pula, Idris Sardi mengaku memperoleh banyak memperoleh ajaran hidup.
1. CINTA PERTAMA (Teguh Karya, 1973)
Inilah kolaborasi Teguh Karya dan Idris Sardi yang menghasilkan Piala Citra pertama. Cinta Pertama sukses sebagai film yang berkualitas dan komersial, juga mencuatkan nama Christine Hakim. Idris Sardi juga mendapat Piala Citra kedua untuk tata musik terbaik lewat film ini. Lagu tema gubahannya juga terkenang oleh penyanyi Anna Manthovani, dan pada konser Tribute To Teguh Karya, Anna kembali tampil menyanyikan lagu tema film ini.
2. SENYUM DI PAGI BULAN DESEMBER (Wim Umboh, 1974)
Putrinya, Santi Sardi bermain bagus di film ini. Idris pun memberikan musik yang bagus pula untuk film ini. Film terbaik FFI 1975 ini memiliki cerita yang bagus, dan iringan biola Idris sardi terdengar mendukung adegan per adegan, misalnya saat adegan Santi harus berpisah dengan 3 orang buronan (Soekarno M Noer, Koesno Soedjarwadi, dan Rachmat Hidayat) karena harus kembail ke bui.
bui. Karya Wim Umboh yang cukup menarik dari segi cerita, artistik, penataan kamera, permainan bagus dari para pemain, tentunya ditambah pula oleh tatanan musik Idris Sardi. Piala Citra diraih Idris Sardi untuk film ini. Iringan musiknya yang khas solid dengan percintaan 2 saudara yang sama-sama bekerja sebagai pilot pesawat dalam sebuah penerbangan ini.
4. PENGEMIS DAN TUKANG BECAK (Wim Umboh, 1978)
Idris Sardi memang jagoanya dalam menciptakan musik-musik dramatis. Alunan biolanya mewarnai film ini dengan tepat, apalgi saat adegan-adegan emosional Christine Hakim beserta anak-anak kecil yang dibawanya mengalami masa-masa sulit. Nominasi Citra, dan mendapat Piala Akademi Sinematografi FFI 1979. Apalagi anak-anak kecil dalam film itu adalah anak-anak dari Idris Sardi, yaitu Lukman Sardi dan Ajeng Triani Sardi.
Ilustrasi musik Idris Sardi memang pas untuk mengirigi adegan film ini. Terasa pas dan solid. Ketika adegan-adegan Fatima (Jenny Rachman) menjadi jugun ianfu mengorbankan dirinya agar putrinya selamat, terkesan begitu dramatis, karena ada faktor ilutrasi musik dari sang maestro ini. Tak heran, Piala Citra kembali diraih sang biola maut.
6. DOEA TANDA MATA (Teguh Karya, 1984)
Lirih dan dramatis. Itulah dua kesan yang tertangkap ketika mendengar alunan biola maut sang maestro dalams etiap filmnya, tak terkecuali Doea Tanda Mata. Filmnya yang berisi kegetiran dan kemuraman juga begitu terhayati dengan adanya iringan musik yang juga pas. Apalagi ketika adegan Gunadi kehilangan temannya karena mati ditembak Belanda, satu piala Citra kembali didapat Idris Sardi, dan untuk kesekian kalinya berkolaborasi dengan Teguh Karya.
7. IBUNDA (Teguh Karya, 1986)
8. TJOET NJA' DHIEN (Eros Djarot, 1986)
9. PACAR KETINGGALAN KERETA (Teguh Karya, 1988)
Konsep Teguh Karya yang membuat film ini jadi film musikal ala Teguh Karya. Idris Sardi dapat menerjemahkan apa yang dimaui sahabatnya, Teguh Karya. Beliau membuat tatanan musik yang pas, film ini jadinya bukan film musikal kacangan, semua adegan musikal terdengar catchy, didikung para pemain yang ikut bernyanyi. Salah satu contoj, lagu "Gosip" yang dinyanyikan Niniek L Karim (Pemeran Tante Retno). Sayangnya, langkah lain Idris ini, hanya sebatas nominasi FFI 1989. Lagu tema film ini disuarakan kembali oleh Ruth Sahanaya pada konser Tribute Teguh Karya.
10. NOESA PENIDA (Galeb Husein, 1988)
11. ARIE HANGGARA (Frank Rorempandey, 1985)
Idris Sardi juga menata musik untuk film drama tragis ini. Alunan biola Idris yang menyayat hati sangat terasa saat Arie meninggal, dan ayahnya Tino merasa sangat menyesal atas kematian Arie, Tino meratapi jenazah Arie yang telah membiru dengan penuh pilu. Adegan ini sangat terasa menyedihkan dengan gesekan biola khas dari Idris. Hasilnya, mendapat unggulan untuk tata musik FFI 1986.
12. RANJANG PENGANTIN (Teguh Karya, 1974)
12. RANJANG PENGANTIN (Teguh Karya, 1974)
Idris Sardi menata musik di film ini dengan membuat lagu-lagu tema yang terkesan mendalam. Lagu tersebut diperdengarkan pada saat adegan pembuka film, saat adegan pernikahan di gereja, dan dinyanyikan oleh paduan suara gereja. Inti lagu tersebut sesuai dengan jalan cerita yang begitu memilukan. Pada konser Tribute To Teguh Karya, lagu tersebut dinyanyikan kembali oleh Harvey Malaihollo.
* Special Mention
13. NYI AGENG RATU PEMIKAT (Sisworo Gautama Putra, 1983)
Ternyata Idris Sardi juga pernah mengiringi film horor atau mistik dari ratu horor, Suzanna. Judulnya Nyi Ageng Ratu Pemikat (1983), film ini jadi agak unik. Karena tentunya bergenre mistik, film ini juga diwarnai oleh alunan biola khas dari Idris Sardi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar