Sutradara            : Joko Anwar
Penulis Skenario  : Joko Anwar
Penata Kamera    : Ipung Rahmat Syaiful 
Penata Artistik    : Wenciclaus 
Penata Musik  : Bembi Gusti, Aghi Narottama & Ramondo Gascaro
Penata Suara       : Khikmawan Santosa
Penyunting          : Wawan I. Wibowo
Penata Busana     : Isabelle Patrice
Pemeran
Fachri Albar
Marsha Timothy
Tio Pakusadewo
Henidar Amroe
Ario Bayu
Otto Djauhari
Verdi Solaiman
Arswendi Nasution
Sinopsis 
Hidup seorang pematung yang sukses bernama Gambir (Fachri Albar) mulai 
berantakan setelah dia mulai menerima pesan-pesan misterius dari 
seseorang yang meminta pertolongannya. Dari sebuah tayangan TV illegal 
yang menempatkan kamera tersembunyi di rumah-rumah orang, dia mengetahui
 bahwa yang mencoba menghubunginya adalah seorang anak laki-laki berusia
 7 tahun yang disekap dan disiksa oleh dua orang misterius. Saat Gambir 
berusaha untuk mencari tahu di mana anak itu, dia curiga kalau istrinya 
yang bernama Talyda (Marsha Timothy) mungkin ada hubungannya dengan 
misteri yang sedang dia coba pecahkan. Tak lama kemudian, Gambir harus 
memilih, apakah menyelamatkan anak kecil itu atau kehilangan semua milik
 dan hidupnya. Apapun pilihannya, kengerian dan bencana yang 
berdarah-darah menanti di ujung pencariannya.
 Penghargaan
 
 
  
Festival 
 | 
  
Kategori 
 | 
  
Penerima /
  Nominee 
 | 
  
Hasil 
 | 
 
  
Festival
  Film Indonesia 2009 
(Piala
  Citra) 
  
Festival
  Film Indonesia 2009 
(Piala
  Citra) 
  
Festival
  Film Indonesia 2009 
(Piala
  Citra) 
  
Puchon
  International Fantastic Film Festival, Korea 
 | 
  
Penyuntingan 
  
  
  
Sinematografi 
  
  
  
Skenario
  Adaptasi 
  
  
Puchon
  Choice Feature – International Competition 
 | 
  
Wawan I
  Wibowo 
  
  
Ipung
  Rahmat Syaiful 
  
  
Joko Anwar 
 | 
  
Menang 
  
  
  
Menang 
  
  
  
Nominasi 
  
  
  
Menang 
 | 
 
Review 
Menurut saya, Joko Anwar ingin membuat film yang menghibur, sekaligus
 bisa dimaknai secara kontemplatif oleh para penontonnya. Dan setelah 
saya menyimak filmnya, saya semakin yakin jika Joko Anwar adalah salah 
satu sutradara di Indonesia dengan visi dan misi yang terstruktur untuk 
membuat film yang bermutu di dalam ranah sinema Indonesia.
Setelah debut menyenangkan dengan ‘Janji Joni’ dan sophomore
 yang fantastis dengan ‘Kala’, maka di karya ketiganya ini Joko Anwar 
coba menggali suspensi dengan lebih mendalam. Joko dengan penuh 
kredibilitas yang mumpuni membangun ketegangan dengan dinamika penuh 
eskalasi dalam progresi plotnya.
Cerita ditampilkan dengan kompleksitas 
yang lumayan menarik dan dihantarkan melalui presentasi yang elaboratif.
 Penonton seolah-olah diajak untuk menyelami kedalaman cerita dan diajak
 serta untuk memasuki kehidupan Gambir, karakter utamanya.
Ketegangan dibangun secara merambat 
sehingga mencapai kulminasi pada klimaks yang “mengerikan”. Semua 
dibangun oleh presisi oleh Joko. Meski, secara pribadi rangkaian 
adegannya terasa sedikit kepanjangan dan bisa sedikit di trim 
agar sedikit lebih padat. Ada kalanya pula saya merasa jika pergerakan 
plotnya terlalu mengikuti pakem yang banyak dipakai pada film sejenis, 
sehingga meski saat menontonnya saya belum pernah membaca novelnya, 
namun bisa membaca kemana arah film ini nantinya.
Didukung oleh akting jajaran pemainnya 
yang lumayan artikulatif dalam menerjemahkan cerita dan karakter mereka;
 Fachri Albar dan Marsha Timothy bermain apik, meski Tio Pakusadewo terasa repetitif, 
sedangkan akting Henidar Amroe mengingatkan akan perannya di ‘Mereka 
Bilang Saya Monyet’.
‘Pintu Terlarang’ bukanlah film sempurna.
 Tapi ini adalah film yang mengagumkan, karena menampilkan kinerja 
profesional yang jarang ada di sinema Indonesia, akting maupun teknis. 
Oleh karenanya sangat layak untuk disimak, jika ingin melihat thriller 
kreasi sineas kita, sekaligus menunjukkan jika ada juga sutradara disini
 yang sangat kompeten dibidangnya. Raihan anugerah Film Terbaik dalam 
Puchon International Fantastic Film Festival 2009 yang lalu adalah 
buktinya.
Trivia
* Film adaptasi novel karya Sekar Ayu Asmara 
* Meraih 3 Nominasi FFI 2009, dan berhasil menyabet 2 Piala Citra