Minggu, 22 Januari 2012

Review Film - "The Perfect House" (2011)

The Perfect House (2011)
Jenis Film : Psikologi Thriller

 
Sutradara        : Affandi Abdul Rahman
Skenario         : Affandi Abdul Rahman & Alim Sudio
Penata Kamera : Faozan Rizal
Penata Musik   : Aghi Narottama & Bemby Gusti
Penata Artistik : Benny Lauda
Editor             : Yoga K Krispratama

Pemain 
Cathy Sharon (Julie)
Bella Esperance (Madam Rita)
Endy Arfian (Januar)
Mike Lucock (Yadi)
Wanda Nizar (Dwi)
Erly Ashy (Ibu Lulu)


Sinopsis

Julie adalah seorang guru privat untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Setelah mengajar Angie, muridnya yang autis ringan, Julie ingin istirahat sejenak untuk menjernihkan pikiran dan mengatasi trauma atas kecelakaan yang terjadi pada orang tuanya. Namun, Nyonya Rita, meminta Julie untuk memberikan pelajaran les privat kepada cucunya, Januar. Guru sebelumnya telah hilang. Ketika Julie mengetahui bahwa orang tua Januar juga tewas dalam kecelakaan, ia merasa empati dan setuju untuk menjadi guru Januar selama sebulan dan menahan ia dari rencana perginya. Namun, apa yang Julie alami di rumah tersebut menjadi jauh dari yang ia bayangkan. Sebuah rahasia yang sangat gelap tersembunyi di dalam rumah itu. Kehidupan Julie pun terancam selamanya.




Penghargaan 
* Official Selection di ajang Puchon International Fantastic Film Festival (PiFan) Korea

Review
The Perfect House mungkin film Indonesia pertama yang bertemakan Psychological Thriller, dan bukan yang pertama untuk film slasher karena sebelumnya sudah ada Rumah Dara (2010) dan Pintu Terlarang (2009). Tema-tema seperti ini memang masih jarang diangkat oleh sineas film lokal, mungkin karena masih terbentur oleh tuntutan pasar atau sang empunya film (produser) atau memang sineas film kita yang masih berkutat pada masalah cinta.

Film karya Affandi Abdul Rahman ini memiliki keunikan tersendiri yang patut diunggulkan. Affandi, saya kira cukup berhasil membangun suasana thrilling yang cukup menegangkan dari awal pembuka film. Kita diajak berkenalan dengan masing-masing karakter di film ini, dimulai dari Julie, seorang guru privat yang diperankan Cathy Sharon, Madam Rita yang posesif diperankan Bella Esperance, peran cilik Januar oleh Endy Arfian, dan tukang kebun misterius diperankan Mike Lucock. Film ini juga penuh dengan teka-teki yang memerlukan logika berpikir dari penonton, walaupun sangat disayangkan arah film ini dapat tertebak di pertengahan film. 

Saya melihat film ini secara teknis digarap dengan cukup baik dan serius, bisa dilihat dari segi artistik, sinematografi, musik, dan tata kostum serta rias, dan tentunya kemampan akting para pemain.

Tata artistik yang digarap oleh Benny Lauda berhasil menciptakan suasana misterius dan mencekam. Tata musik dari Aghi Narottama dan Bemby Gusti dapat membuat kita merinding apalagi ketika adegan-adegan thrilling, dan juga sinematografi oleh Faozan Rizal yang berhasil menangkap adegan-adegan yang menurut saya memorable. Tata Kostum dan Rias juga patut mendapat acungan jempol, seperti misalnya busana Madam Rita yang bercita rasa kolonial Belanda, dan riasan untuk para pemain ketika adegan yang berdarah-darah.


                        

Untuk segi pemeranan, Cathy Sharon sebagai pemeran utama, saya rasa sudah mulai meningkatkan kemampuan aktingnya, walaupun masih kurang maksimal karena di beberapa adegan, masih terlihat kaku. Endy Arfian, si Januar dengan kepribadian ganda, cukup mencuri perhatian di film ini. Mike Lucock, sebagai tukang kebun misterius, diperankan dengan baik, walaupun harus diakui kehadirannya di film ini hanya sebagai 'pelengkap'. Dan menurut saya, yang paling menonjol di film ini adalah Madam Rita yang diperankan sangat baik oleh Bella Esperance. Aktris watak ini memang tidak perlu diragukan lagi kemampuan aktingnya, karakter villain seperti ini bukanlah yang pertama bagi Bella. Sebelumnya dalam Kuntilanak 2 (2007), Bella berperan sebagai anggota sekte aliran sesat yang sadis dan gemar membantai. Walaupun karakter Madam Rita seperti mirip dengan Dara dalam Rumah Dara, tapi saya kira karakter Madam Rita lebih kompleks, terlihat lebih misterius dan menyeramkan. 

Sayangnya, film The Perfect House masih memiliki kekurangan-kekurangan, seperti lemahnya naskah atau skenario yang kurang membuat penonton penasaran dan tertantang untuk memecahkan teka-tekinya, karena alur film yang dapat ditebak. Selain itu, sangat disayangkan film ini masih berada dibawah bayang-bayang film Rumah Dara yang fenomenal, karena  cerita dan setting vintage nya yang hampir memiliki kesamaan.

Terlepas dari kekurangannya, sebagai film Psychological Thriller pertama di Indonesia memang The Perfect House sangat layak diberi apresiasi karena tidaklah mudah membuat sebuah film yang berbeda di tengah maraknya film-film Indonesia yang beredar saat ini. The Perfect House, menurut saya adalah salah satu film terbaik sepanjang tahun 2011.

Trivia
* Ending film The Perfect House cukup mengejutkan
* Adegan Madam Rita ketika bertarung dengan Julie, dengan dialog "Kamu tidak kenal dengan cucu saya, nak Julie!!", merupakan salah satu adegan memorable dalam perfilman nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar