Tampilkan postingan dengan label Aktris. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aktris. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Juli 2012

#BedahBintang JENNY RACHMAN


JENNY RACHMAN
Aktris

FILMOGRAFI


- Tahun Aktif                        : 1973 - Sekarang 
- Jumlah film yang dibintangi : 32 judul film


Drama                 : 24 film


- Ita Si Anak Pungut (1973)
- Prahara (1974)
- Susana (1974)
- Jangan Biarakan Mereka Lapar (1975)
- Rahasia Gadis (1975)
- Christina (1977)
- Secerah Senyum (1977)
- Akibat Pergaulan Bebas (1978)
- Pengalaman Pertama (1978)
- Pahitnya Cinta Manisnya Dosa (1978)
- Perempuan Tanpa Dosa (1978)
- Kugapai Cintamu (1977)
- November 1828 (1978)
- Kabut Sutera Ungu (1979)
- Kembang Padang Kelabu (1980)
- Bukan Sandiwara (1980)
- Busana Dalam Mimpi (1980)
- Gadis Marathon (1981)
- Hati Selembut Salju, Garis-garis Cakrawala (1981)
- RA Kartini (1982)
- Budak Nafsu, Fatima (1983)
- Doea Tanda Mata (1984)
- Hatiku Bukan Pualam (1985)
- Di Bawah Lindungan Ka'bah (2011)



  
  
Drama Remaja     : 5 film 
Binalnya Anak Muda, 1978
Akibat Godaan, 1978
Semau Gue, 1977
Romantika Remaja, 1979
Kecupan Pertama, 1979

Drama Romansa  : 1 Film
Kekasih, 1977



Drama Komedi    : 1 Film 
Laki-laki Binal, 1978


Fiksi / Laga          : 1 Film 
Rama Superman Indonesia, 1974



PENGHARGAAN (NOMINASI)


5 kali mendapat nominasi FFI (2 menang, 3 nominee), semuanya untuk kategori Pemeran Utama Wanita


1. FFI 1979 - Nominee Pemeran Utama Wanita, film BINALNYA ANAK MUDA
-- Nominee lain :
Christine Hakim, film Pengemis dan Tukang Becak (Menang)
Mutiara Sani, film Kemelut Hidup
Suzanna, film Pulau Cinta
Tutie Kirana, film Buaya Deli


2. FFI 1980 - PEMENANG, PEMERAN UTAMA WANITA TERBAIK, film KABUT SUTERA UNGU
-- Nominee lain :
Farah Meuthia, film Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa
Ira Maya Sopha, film Ira Maya Anak Tiri
Marini, film Anna Maria
Nia Daniaty, film Antara Aku atau Dia


3. FFI 1982 - PEMENANG, PEMERAN UTAMA WANITA TERBAIK, film GADIS MARATHON
-- Nominee lain :
Ita Mustafa, film Bukan Istri Pilihan
Lenny Marlina, film Jangan Ambil Nyawaku
Suzanna, film Ratu Ilmu Hitam
Tanti Josepha, film dr. Karmila


4. FFI 1984 - Nominee Pemeran Utama Wanita, film BUDAK NAFSU (FATIMA)
-- Nominee lain :
Christine Hakim, film Ponirah Terpidana
Lidya Kandou, film Untukmu Kuserahkan Segalanya
Meriam Bellina, film Cinta Dibalik Noda (MENANG)
Zoraya Perucha, film Yang Terlarang Yang Tersayang


5. FFI 1985 - Nominee Pemeran Utama Wanita, film DOEA TANDA MATA
-- Nominee lain :
Christine Hakim, film Kerikil Kerikil Tajam (MENANG)
Dewi Yull, film Kembang Kertas
Marissa Haque, film Serpihan Mutiara Retak
Meriam Bellina, film Kabut Perkawinan


- Meraih Penghargaan Festival Film Asia Pasifik 1981, untuk Aktris Terbaik (film KABUT SUTERA UNGU)
- Mendapat nominasi Festival Film Bandung 2011, untuk Pemeran Pembantu Wanita Terpuji (film Dibawah Lindungan Ka'bah)


SUTRADARA

Jenny Rachman paling banyak disutradarai oleh 
1. (Alm) SJUMAN DJAYA -- 4 film
  • Kabut Sutera Ungu (1979)
  • Bukan Sandiwara (1980)
  • RA Kartini (1982)
  • Budak Nafsu, Fatima (1983)
2. ARIZAL -- 4 Film
  • Semau Gue (1977)
  • Secerah Senyum (1977)
  • Laki-laki Binal (1978)
  • Kecupan Pertama (1979)
3. (Alm) TEGUH KARYA -- 2 Film
  • November 1828 (1978)
  • Doea Tanda Mata (1984)
4. MATNOOR TINDAON -- 2 Film
  • Akibat Pergaulan Bebas (1978)
  • Akibat Godaan (1978)
LAWAN MAIN

Jenny Rachman paling banyak beradu akting dengan ROY MARTEN (16 Film)

Kabut Sutera Ungu


- Rahasia Gadis (1975)
- Christina (1977)
- Kekasih (1977)
- Secerah Senyum (1977)
- Kugapai Cintamu (1977)
- Pengalaman Pertama (1977)
- Akibat Pergaulan Bebas (1978)
- Akibat Godaan (1978)
- Laki-laki Binal (1978)
- Kabut Sutera Ungu (1979)
- Kecupan Pertama (1979)
- Romantika Remaja (1979)
- Bukan Sandiwara (1980)
- Gadis Marathon (1981)
- Budak Nafsu, Fatima (1983)
- Hatiku Bukan Pualam (1985)


Senin, 23 Juli 2012

Pemain Anak-anak Layar Klasik Berprestasi

1. SUZANNA - Asrama Dara (Pemain Cilik Terbaik FFA 1960)



Film pertama Suzanna, sang ratu horor, di film Asrama Dara (Usmar Ismail, 1958) begitu mencuri perhatian. Ratu horor ini sebenarnya memiliki bakat bagus di jalur drama, salah satunya terlihat di film ini. Karakter Ina, remaja yang dititipkan di asrama, berhasil diperankannya. Apalagi adegan Suzanna mengangkat dan berbicara di telepon, adalah salah satu adegan yang paling berkesan. Kehadiran perdana Suzanna langsung menyabet prestasi bergengsi, yaitu dari luar negeri. Tercatat, Suzanna lah, pemain anak-anak Indonesia pertama yang meraih penghargaan di ajang internasional.

2. ASTRI IVO - Samiun dan Dasima (Pemain Cilik Terbaik FFA 1971)


Putri Ivo Nilakresna ini, main film sejak usia 5 tyahum di film karya Usmar Ismail, Big Village (1969). Setelah itu juga bermain di film Ananda, karya terakhir Usmar Ismail dan debut aktris Lenny Marlina. Beruntung bagi Astri, sempat diarahkan sutradara besar, Usmar Ismail. Penampilan cilik Astri Ivo yang memukau di film Samiun dan Dasima bersama Chitra Dewi, meraih penghargaan internasional, yaitu Festival Film Asia untuk pemeran cilik terbaik. Astri Ivo cukup produktif dengan bermain di banyak film sampai tahun 1984, di film Kerikil Kerikil Tajam. 

3. FARADILLA SANDY - Ratapan Anak Tiri (Pemain Cilik Wanita terbaik FFI 1974)



Pertama kali main di film karya ayahnya, sineas Sandy Suwardy Hassan, Rakit (1970). Tiga tahun kemudian, melalui peran Faradilla yang menguras air mata di film Ratapan Anak Tiri (1973), menuai sukses luar biasa. Kesukesan film ini membawa pengaruh yang besar bagi Faradilla Sandy yang langsung kepopulerannya meroket. Selain itu, pada FFI 1974, ia diganjar penghargaan FFI untuk pemain anak-anak wanita terbaik. Seetelah Ratapan Anak Tiri, Faradilla dikenal dalam film-film sejenis, antara lain Dimana Kau Ibu (1973). 


4. RANO KARNO - Rio Anakku (Pemain Cilik Pria terbaik FFI 1974)



Alm. Soekarno M Noer patut berbangga karena ketiga anaknya mampu mengikuti jejaknya sebagai pemain film handal, salah satunya Rano Karno. Ketika duduk di bangku kelas 5 SD, dia direkrut sutradara besar Sjumandjaya untuk film Si Doel Anak Betawi (1973). Penampilannya yang cukup berkesan, menasbihkan Rano sebagai 'Doel'. Setelah Si Doel, Rano tampil memikat di film Rio Anakku, bersama Lenny Marlina. Penghargaan pertama di FFI sebagai pemain anak terbaik diraih tahun 1974, 16 tahun sebelum meriah piala Citra untuk aktor utama terbaik. 

5. DEWI ROSARIA INDAH - Pemberang (Pemain anak terbaik FFI 1973)



Sebagai anak Sophan Sophiaan yang disandera Dicky Zulkarnaen dalam film Pemberang (1972), Dewi Rosaria Indah mendapat penghargaan FFI 1973 untuk pemeran anak-anak wanita terbaik. Selain Pemberang, Dewi juga tampil mendampingi Faradilla Sandy untuk film Ratapan Anak Tiri (1973). 

6. ANDY CAROL - Samtidar dan Senyum dan Tangis (Pemain Cilik Terbaik FFI 1973 dan FFI 1975)


Pemain Andy Carol dari kecil sudah berbakat di dunia akting. memulai karir di film tahun 1972 lewat film Desa di Kaki Bukit, Andy Carol kemudian tampil sebagai aktro anak-anak berbakat. bakatnya ini dibuktikan dengan prestasinya, meraih dua kali penghargaan pemain anak-anak terbaik pada FFI 1973, untuk film Samtidar, dan FFI 1975, untuk film Senyum dan Tangis. 

7. SANTI SARDI - Senyum Dipagi Bulan Desember (Pemain Cilik Terbaik FFI 1975)



Siapa tak kenal Idris Sardi? Musikus berbakat, memiliki putra putri yang juga berbakat di dunia film. Santi, Lukman dan Ajeng Triani Sardi. Penampilan Santi di film Senyum Dipagi Bulan Desember, yang berperan sebagai Bunga, gadis kecil yang bersahabat dengan tiga narapidana, mengeluarkan akting alami yang patutu diapresiasi. Pemain cilik terbaik FFI 1975 pun diraih. 

8. GEORGIANA SUPIT - Marina (Pemain Cilik terbaik FFI 1978)



Putri Rae Sita Supit ini mewarisi bakat akting dari ibunya. Selain cantik, Georgiana atau Oji Supit, juga menampilkan akting yang tidak mengecewakan. Bermain di film Nico Pelamonia, Marina (1977), bersama Marini dan Robby Sugara, Georgiana tampil menggemaskan dan mencuri perhatian. Pada FFI 1978, mengejutkan meraih penghargaan pemain anak terbaik. Muncul kembali tahun 1990, membintangi film Rebo dan Robby, saat dia sudah menjadi gadis yang cantik. 

9.  AJENG TRIANI SARDI - Pengemis dan Tukang Becak (Pemain Cilik Terbaik FFI 1979)



Putri Idris Sardi ini bermain bersama kakaknya, Lukman Sardi di film Pengemis dan Tukang Becak (Wim Umboh, 1978). Penampilan Lukman dan Ajeng bersama Christine Hakim di film ini, berhasil meraih simpati dari penonton. Akting Ajeng yang alami dan  tidak dibuat-dibuat, berhasul meraih penghargaan FFI 1979 untuk pemain cilik terbaik. 

10. (alm) RYAN HIDAYAT - Anna Maria (Pemain Cilik Terbaik FFI 1980)



Siapa tak kenal sosok Ryan Hidayat? aktor yang dikenal dengan karakter Lupus ini, telah berkarir sejak usia 4 tahun, sebagai model iklan. Tahun 1979, bermian film pertama, Anna Maria' (Hasmanan, 1979) dimana memberikan nominasi untuk aktor terbaik FFI 1980, dan pemeran cilik terbaik FFI 1980. Peran-peran yang cukup serius dimainkan Ryan Hidayat cilik. Selanjutnya menjadi pemain cilik sampai film 'Satria Bergitar' (1983). Ryan juga tampil bagus di film 'Buah Hati Mama' (1980) bersama Sophan Sophiaan dan Widyawati. 

11. KIKI AMELIA - Nakalnya Anak Anak (Pemain Cilik terbaik FFI 1981)


Kiki Amalia, putri almh. Pipit Sandra ini memang sudah memiliki potensi di dunia akting. Dia membintangi sejumlah film-film di usianya masih sangat kecil. Sebut saja film-filmnya, Nakalnya Anak-anak (1980), Tangan-Tangan Mungil (1982), apalagi di film Neraca Kasih (1982), yang perannya membuat haru. Kiki Amalia, juga menelurkan album rekaman anak-anak, Evaluasi dengan hits 'Rapotku'.  

12. DANI MARSUNI - Serangan Fajar (Pemain cilik terbaik FFI 1982)


Pemain cilik, Dani Marsuni yang kala itu masih berusia 8 tahun, langsung direkrut sutradara besar Arifin C Noer bermain di film Serangan Fajar (1981). Pilihan Arifin tak salah, Dani sebagai Temon, tampil polos dan lugu namun dibalik itu ada sebuah kegetiran. Apalagi chemistry nya bersama Suparmi, yang menjadi nenek Temon, juga menjadi nilai lebih yang melengkap film ini sebagai salah satu karya terbaik Arifin C Noer. 

13. ABIZARS - Merindukan Kasih Sayang (Pemain Cilik terbaik FFI 1984)


Kehadiran Abizars di dunia film, dimulai di film yang judulnya menggunakan namanya, 'Abizars, Pahlawan Kecil' (1980). Setelah itu tampil id film drama, Merindukan Kasih sayang (1984), dimana Abizars berperans ebagai anak yang berpisah dari kedua orangtuanya. Peran yang cukup mengundang air mata ini, memberi Abizars sebuah Piala Kartini untuk pemeran cilik terbaik FFI 1984. 

14. YAN CHERRY BUDIONO - Arie Hanggara (Pemain cilik terbaik FFI 1986)



Karakter Arie Hanggara memang sangat cocok diperankan oleh Yan Cherry Budiono. Wajah Yan Cherry memang memelas, berhasil membuat penonton iba dan tak tega melihat penderitaan yang dialami Arie Hanggara. Karenanya, sangatlah wajar jika dia diganjar pemain cilik terbaik FFI 1986. 

15. FERRY OCTORA - Tragedi Bintaro (Pemain Cilik Pria terbaik FFI 1989)



Film tragedi yang memilukan ini, menampilkan aktor cilik Ferry Octora, sebagai Juned, korban selamat yang kakinya harus diamputasi karena terjepit rel. Ferry Octora berhail memerankan Juned dan meraih simpati penonton. 

16. SHEREEN REGINA DAU - Si Badung (Pemain Cilik Wanita terbaik FFI 1989)


Para pemain film Si Badung yang kebnayakan anak-anak memang memberikan nilai tersendiri bagi film anak yang inspiratif ini. Salah satu pemainnya, Shereen Regina Dau, berhasil mendapat Piala Kartini untuk pemain anak terbaik FFI 1989. Selain akting, Shereen juga berbakat di dunia tarik suara, tahun 1991, Shereen menelurkan album lagu anak, berjudul Calypso. 

17. BANYU BIRU DJAROT - Langitku Rumahku (Pemain Cilik Pria terbaik FFI 1990)


Penampilan Banyu Biru Djarot sebagai Andri, anak orang kaya, yang bersahabat dengan Gempol, diperankan Soenaryo, berhasil mereka perankan dengan baik. Chemistry antara mereka berdua patut diacungi jempol. Disutradarai oleh pamannya, Slamet Rahardjo Djarot, tentunya membuat akting banyu pun terasah, meski masih kecil. Dua penghargaan sebagai pemain anakanak terbaik diraih Banyu, yaitu Piala Kartini FFI 1990 dan pemain anak terpuji Festival Film Bandung 1991. 

18. VIONA ROSALINA - Cas Cis Cus (Pemain Cilik Wanita terbaik FFI 1990)



Alviona atau lebih dikenal Viona Rosalina, mulai tampil di publik sejak kecil. Viona cilik bermain di film-film bermutu, dari Cas Cis Cus (Putu Wijaya, 1990), Si Badung (Imam Tantowi, 1989), dan Zig Zag (Putu Wijaya, 1990). Bahkan, pada FFI 1990, Viona berhasil mencuri perhatian juri, sehingga dia meraih piala Kartini untuk pemain anak-anak terbaik, bersama Banyu Biru Djarot. Istri Eko Patrio ini kemudian dikenal publik dengan membintangi sejumlah sinetron, dan menjadi presenter televisi. 




Sabtu, 21 Juli 2012

#BestOf DEWI YULL



DEWI YULL
Aktris, Penyanyi, Produser
Genre : Drama
Tahun Aktif : 1980 - sekarang


Quote :
"Umur bukan hambatan dalam berkarya"

9. NONON - Jawara Sok Kota (Firman Triyadi, 1990)


Menjadi seorang penari topeng bernama Nonon, yang mempunyai pacar yang sangat posesif, pencemburu dan seorang jawara kampung Betawi. Film komedi ini mempertemukan Dewi Yull dengan Ayu Azhari dan Eeng Saptahadi yang berperan sebagai pacarnya.

8. PALUPI - (TV) Kehangatan (Tatiek Maliyati WS, 1995)


Menjadi seorang wartawati bidang kriminal bernama Palupi. Suaminya yang sudah wafat, semula juga wartawan. Palupi hidup dengan anak semata wayangnya yang berusia lima tahun. Digambarkan, Palupi yang cantik dan berstatus janda ini berambisi untuk mendapatkan berita-berita yang eksklusif. beberapa narasumber kadang menuntut imbalan dari kecantikannya demi memberikan informasi. Palupi juga menangani kasus tentang terbunuhnya seorang wanita penghibur. Cukup jarang, cerita tentang jurnalis diangkat, apalagi jurnalis wanita, dan pertama kalinya Dewi Yull berperan sebagai seorang jurnalis. 

7. ABDI - (TV) Opera Senja (Noto Bagaskoro, 1994)


Serial yang diproduksi PH nya sendiri, Giz Cipta Pratama, bertemakan kehidupan seorang pria tua yang diliputi kegelisahan spiritual. Pria tua ini diperankan Bob Sadino, yang galau untuk memberikan harta warisannya kepada anak-anaknya yang ternyata hanya berambisi menguasai harta miliknya. Hanyalah Abdi yang setia, yang dimainkan Dewi Yull, menjadi tempat bertumpu pria ini dalam mencurahkan perasaan, berbagi cerita, dan abdi lah yang membantu pria ini dalam mengatasi persoalannya dengan anak-anaknya. Peran ini membawa Dewi Yull meraih unggulan pertama di ajang Piala Vidia FSI. 

6. GADIS - Gadis (Nya' Abbas Akup, 1980)


Film debut Dewi Yull sebagai pemain film sekaligus mempertemukan dengan aktor Ray Sahetapy, yang kemudian menikahinya. Berperan sebagai Gadis, seorang anak yang ikut ibunya (Titiek Puspa) pergi meninggalkan bapaknya yang pejabat hidung belang. Kemudian Gadis dan ibunya menjadi buruh cuci pada keluarga bangsawan, dan disini Gadis bertemu dengan seorang pria, bernama Jaka (Ray Sahetapy), dan mereka menjalin hubungan cinta yang penuh terjal. Dewi Yull menunjukkan bakat sebagai pemain di jalur drama, karena karakter dan pembawaannya yang melankolis. 

5. AYU PIDADA - Ayu dan Ayu (Sophan Sophiaan, 1988)


Seorang penari Bali bernama Ayu Pidada yang mengalami kelamnya kehidupan, setelah ditinggalakn pria, sehingga membuat Ayu menderita dan harus berjuang sendiri membesarkan bayinya. Ternyata pria itu menikah dengan wanita bernama Ayu juga, yang ternyata seorang dokter yang membantu Ayu Pidada melahirkan. Chemistry antara 3 pemain utama, Dewi Yull, Dwi Yan dan peragawati Dhanny Dahlan cukup terjalin cukup baik, meski tak dapat dipungkiri, penampilan Dewi Yull lah yang paling menjulang dan menonjol dari yang lain. 

4. JENG SRI - (TV) Losmen (Wahyu Sihombing, 1986 -1989)


Peran Jeng Sri, si janda muda, selalu terekam di benak penonton setia TVRI era 80-an. Ya, Dewi Yull dan pemain lain Losmen, seperti Mieke Wijaya, alm. Mang Udel, Mathias Muchus, Ida Leman, dan lain-lain, tampil menghibur dengan cerita yang sederhana, namun sarat akan makna. Jeng Sri, anak pasangan Broto, pemilik Losmen,  menikah duluan dibanding kakaknya, Pur, perawan tua, namun Sri harus bercerai dari suaminya dan akhirnya kembali ke Jogja, tempat kediaman orangtuanya, membawa anaknya, dan ikut mengurusi Losmen keluarga mereka. 


3. dr. SARTIKA - (TV) dr. Sartika (Wahyu Sihombing, 1989-1991)


Setelah Losmen, dr. Sartika adalah serial yang dibintangi Dewi Yull yang cukup diingat. Mengisahkan perjuangan seorang dokter wanita yang idealis, dan yang mengabdi pada profesinya, walau diterpa banyak masalah. Selain itu, drama kehidupan dr. Sartika juga ditampilkan, dan penampilan Dewi Yull begitu menyentuh dan berkesan. 

2. RINI - Kembang Kertas (Slamet Rahardjo Djarot, 1984)


Dewi Yull mulai menunjukkan potensi bagus sebagai seorang pemain handal, lewat film Kembang Kertas. Pastinya Dewi digembleng sang sutradara, Slamet Rahardjo. Karakter Rini yang suka emosional dan mengalami konflik membatin cukup memberikan tantangan yang besar bagi Dewi Yull. Rini yang mengalami konflik dan intrik-intrik dalam kehidupan dan keluarganya harus kadang menahan emosinya, kadang keluar dengan datar atau bahkan keluar dengan sangat emosional dan meledak-ledak. Tak salah jika Dewi Yull diunggulkan sebagai pemeran utama wanita FFI 1985.

1. SUMI - Penyesalan Seumur Hidup (Frank Rorempandey, 1986)


Setelah Kembang Kertas, kini permainan Dewi Yull kembali teruji di film yang diangkat dari kisah nyata ini. Sumi, seorang istri korban perselingkuhan suami, dan bertahan hanya demi anaknya. Niatan unyuk membunuh suami dengan pisau saat suaminya tidur, terurungkan. Bukan jiwanya yang melayang, alat vital sang suami yang menjadi korban pisau Sumi. Memerlukan pendalaman karakter yang mendalam harus dilakukan Dewi demi menjiwai karakter Sumi, yang cukup sulit. Hal tersebut karena karakter yang diperankan adalah tokoh nyata, dan ternyata Dewi Yull cukup berhasil dalam mengeksekusi peran Sumi, serta dapat menyelesaikan satu film ini sebagai pemeran utama yang baik. Banyak kalangan menduga bahwa melalui peran ini, Dewi Yull dapat merebut Piala Citra, namun sayang, ternyata dewan juri FFI 187 berpikiran lain. Predikat aktris terbaik diraih Widyawati oleh film Arini, yang juga bermain bagus. Namun begitu, inilah penampilan Dewi Yull dalam film layar lebar yang dirasa paling baik dan berkarakter kuat. 



Rabu, 18 Juli 2012

#BestOf NURUL ARIFIN



NURUL ARIFIN
Aktris
Genre : Komedi, Drama
Tahun Aktif : 1984 - sekarang

Quote :

" Kunci keberhasilan saya adalah kerja keras"


10. dr. HALIMAH - (TV) Kupu Kupu Ungu  
(Riri Riza, Hanny R Saputra, Idries Pulungan, N. Riantiarno, Nan T. Achnas, Noto Bagaskoro, 1998)


Perannya sebagai dokter yang memerangi bahaya HIV/AIDS patut diapresiasi, karena memang serial yang ditulis N Riantiarno ini juga sebagai kampanye untuk memerangi penyakit menular yang berbahaya itu. Sejak bermain di Kupu Kupu Ungu, Nurul Arifin juga dikenal sebagai artis yang peduli HIV/AIDS.
 
9. BERLIAN MERAH - Surat Untuk Bidadari (Garin Nugroho, 1992)


Memainkan karkter Berlian Merah, dinikahi oleh Kuda Liar (Adi Kurdi), namun dilarang oleh adik ipar Berlian Merah, karena kakaknya (bekas suami Berlian) dibunuh oleh Kuda Liar. Akting Nurul Arifin memang sangat mempesona di film ini, mungkin jika kala itu FFI masih ada, dia bisa menyabet Piala Citra. Adegan-adegan persidangan cukup menampilkan akting-akting terbaik Nurul, dan di akhir cerita saat Berlian Merah (bersama Lewa) dimasukkan ke satu kamar yang bertuliskan panti rehabilitasi, karena mereka dianggap sakit jiwa.

8. ATIK - 2 Dari 3 Laki-laki (Eduard Pesta Sirait, 1990)


Sebagai Atik, seorang istri yang mencurigai suaminya, yang diperankan Deddy Mizwar, berselingkuh, walaupun sebenarnya hal itu tidak benar. Untuk kesekian kalinya, Nurul Arifin dipasangkan dengan Deddy Mizwar, dan Nurul memang berbakat untuk film-film komedi drama seperti ini, namun hanya menjadi nominasi aktris terbaik FFI 1990. 

7. PRILLY - Catatan Si Emon (Nasri Cheppy, 1991)

 
Walaupun judul dan cerita menyangkut kehidupan karakter 'Emon', namun di film ini karakter Prilly, yang dimainkan Nurul Arifin lah yang menjadi perhatian utama, dan tentunya akting Nurul Arifin yang paling menarik. Karakter wanita yang iseng-iseng menjalin hubungan dengan banyak pria demi mendapatkan kemewahan, dapat ditampilkan Nurul dengan baik dan tidak terlalu berlebihan. Prilly menjalin hubungan dengan ayahnya Emon, sedangkan Emon meninctai Prilly, namun ditanggapi Prilly sebagai bahan lucu-lucuan. Melalui peran ini, ke empat kalinya Nurul Arifin kurang beruntung, untuk meraih Piala Citra pada FFI 1992.

6. KISHI - Saskia (Boyke Roring, 1988)


 Saskia, sebuah film drama remaja yang menampilkan para bintang muda populer saat itu, Rico Tampatty, Desy Ratnasari dan tentunya Nurul Arifin.Cinta segitiga antara Rico, Nurul, dan Desy, yang dimana Desy berperan sebagai Saskia, adik dari Kishi, dimainkan Nurul Arifin. Cinta segitiga antara mereka cdiakibatkan kesalahpahaman yang cukup rumit.

5. IPAH - Pacar Ketinggalan Kereta (Teguh Karya, 1988)

  
 Menjadi gadis pincang bernama Ipah yang menjalin hubungan dengan Heru (yang diperankan Onky Alexander). Hubungan mereka kurang disetujui oleh ibunya Heru, Bu Padmo (Tuti Indra Malaon). Kisah Ipah dan Heru hanyalah sebagian dari kompleksnya konflik dalam film yang menampilkan banyak ensemble cast ini. Nurul Arifin adalah satu dari sedikit artis yang beruntung, karena sempat disutradarai oleh Teguh Karya. Selain Nurul, ada Onky Alexander, Ayu Azhari, dan Didi Petet, yang kala itu karirnya sedang menanjak, dan direkrut maestro Teguh Karya untuk bermain film ini, dan dipasangkan dengan aktor-aktris tangguh macam Tuti Indra Malaon, Rachmat Hidayat, Alex Komang, Niniek L Karim, dan lain-lain. Penampilan Nurul tidak mengecewakan, pastinya karena digenjot oleh Teguh Karya, hasilnya nominasi FFI 1989 dan terpuji untuk Festival Film Bandung 1990.

4. AYUNI - Kemesraan (Pietrajaya Burnama, 1989)

 

Sebagai Ayuni, wanita yang dicampakkan oleh kekasihnya, Roy (diperankan Mathias Muchus). Cintanya pada Roy yang tulus tidak pudar walau mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing. Disini Nurul memainkan karakter yang cukup berbeda dari kebanyakan peran yang sudah ada. Sosok wanita yang tegar dan 'superwoman' adalah gambaran dari karakter Ayuni yang diperankannya.


3. SISKA  - Istana Kecantikan (Wahyu Sihombing, 1988)


Chemistry Nurul dan Mathias Muchus patut mendapat pujian. Siska dan Nico yang menikah karena terpaksa, karena Nico yang homoseksual, Siska juga sudah tidak perawan dengan rekan kerja Nico. Selain Deddy Mizwar, Mathias Muchus adalah aktor yang sering dipasangkan dengan Nurul Arifin. Alhasil, setiap film yang menduetkan mereka, kita bisa melihat akting yang prima dari mereka berdua. Di film ini pun, meski bermain cukup baik, Nurul gagal meraih Citra pada nominasi pertamanya, karena dia harus menyerah pada akting Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien.
 
2. POPPY - Lupus, Tangkaplah Daku Kau Kujitak (Achiel Nasrun, 1987) 


Karakter Poppy, yang melekat pada diri Nurul Arifin, pacar Lupus (alm. Ryan Hidayat) yang kisah cinta mereka putus nyambung terus. Lupus rekaan Hilman Hariwijaya ini, menjadi icon remaja era 80-an, cerita kehidupannya, dan sikapnya yang cuek dan kunyahan permen karet yang khas menjadi hal yang diingat sampai sekarang, termasuk pacarnya, Poppy. Di pertengahan tahun 80-an, Nurul Arifin mulai dikenal publik dengan film-film remaja dan komedi, salah satunya film Lupus ini.

1. KIRANA - Naga Bonar (MT Risyaf, 1986)

 

Sebelum karakter Poppy di film Lupus, Nurul telah mencuri perhatian publik dengan bermain di film komedi legendaris, Naga Bonar. Kembali bermain dengan Deddy Mizwar, akting Nurul sebagai Kirana, perempuan yang terlibat cinta dengan Naga Bonar, sangat diingat. Meski tidak memberi nominasi bagi Nurul, namun Kirana ini lah salah satu tonggak karir seorang Nurul Ariifn di industri perfilman tanah air.

Jumat, 13 Juli 2012

#BestOf WIDYAWATI



WIDYAWATI
Aktris
Genre : Drama, Romansa
Tahun Aktif : 1967 - sekarang

Quote :

“Hidup apa adanya, tanpa target dan jangan menyimpan dendam di hati”



13. AMALIA, SH - Amalia SH (Bobby Sandy, 1981)


 Film yang mempunyai judul lain, 'Angin Malam, Bisikkanlah Cintaku Padanya' ini menyumbangkan sebuah unngulan aktris terbaik bagi Widyawati pada FFI 1983. Menjadi seorang pengacara bernama Amalia, yang penasaran dengan Frans, sahabatnya yang tak ditahan dan tak mau dibela olehnya. Amalia menyelidiki kenapa Frans tak mau dibela, melalui buku harian yang dimiliki Frans. Selain itu, juga Amalai mengalami kehidupan rumah tangganya yang cukup ruwet. Karakter Amalia menjadi sosok 'Super Woman' dalam menyelesaikan permasalahan dalam film ini.

12. MARSYA - Suami (Sophan Sophiaan, 1988)


 Karakter Widyawati di film ini agak mirip dengan karakter di film 'Sesal', namun yang agak berbeda adalah suaminya, Bram (yang tentunya diperankan Sophan Sophiaan) terlibat affair dengan wanita lain (diperankan Dewi Yull). Kesenjangan karir menjadi inti masalah antara pasangan suami istri ini. Penampilan Widyawati memang selalu maksimal dan prima, tak heran jika dia diunggulkan untuk meraih Piala Citra untuk film ini.


11. ERNA - Sesaat Salam Pelukan (Sophan Sophiaan, 1989)


Pernikahan Erna dan Andi mengalami banyak konflik dari orang-orang disekitar keluarga rumah tangga mereka, dan yang paling memilukan adalah anak mereka, Ari, mengidap tumor otak. Disini kembali Widyawati dan Sophan Sophiaan berada di dilm drama keluarga yang cukup menyita haru dan emosi, dan juga ditambah penampilan aktor ciliki Mario Pratama sebagai Ari. 


10. NYAI MUTHMAINNAH - Perempuan Berkalung Sorban (Hanung Bramantyo, 2009)


Peran pertama setelah ditinggal sang suami, Sophan Sophiaan, Widyawati tetap menunjukkan akting luar biasa, dimana ia berhasil meraih penghargaan dari Festival Film Asia Pasifik 2010 untuk Aktris Pendukung Terbaik. Berperan sebagai Nyai Muthmainnah, istri seorang kyai yang memimpin pesantren konservatif. Putrinya, Anissa, tumbuh menjadi gadis yang mempertanyakan dan melawan sikap konservatif di lingkungannya. Nyai Muthmainnah, sosok ibu yang sabar dan mengayomi keluarganya. 

9. JELINA - Bayi Tabung (Nurhadie Irawan, 1988)


Dalam film ini, Widyawati tidak menjadi pasangan Sophan Sophiaan atau disutradarai oleh Sophan Sophiaan. Pasangannya adalah Deddy Mizwar, sebagai pasangan suami istri, dimana istri, Jelina (Widyawati) menyewakan rahimnya dengan bayaran tinggi oleh sebuah keluarga dari negeri jiran, Malaysia. Setelah Jelina melahirkan anak 'titipan' keluarga malaysia itu, Jelina merasa bahwa itu anak kandungnya. Film ini menunjukkan akting emosional Widyawati dan semakin mengukuhkan dirinya aktris spesialis film drama. Mendapat penghargaan dari Dewan Film Nasional 1989. 


8. MELIA - Disini Cinta Pertama Kali Bersemi (Wim Umboh, 1980)


Menjadi seorang biarawati setelah mengalami kehidupan yang rumit, dan juga rumah tangganya yang berantakan. Seorang pria (Roy Marten) yang dulu menjadi kisah cintanya muncul kembali di saat dia sudah menjadi penghuni biara. Hatinya yang telah beku, luluh ketika pria itu datang bersama anaknya. 

7. INGE - Perkawinan (Wim Umboh, 1972)

 

Film romansa peraih banyak Piala Citra FFI 1973, dan film pertama yang bersetting di eropa. Widyawati menjadi wanita keturunan Filipina, yang menjalin hubungan dengan pria Jawa, yang beretmu di Belanda, hubungan mereka ditentang orangtua sang pria. Setelah Pengantin Remadja, Perkawinan menjadi film romansa kedua pasanagn itu yang berkesan hingga kini. 


6. One Way Ticket (Kapan Kau Kembali?) - (Motinggo Boesje, 1976)

Lewat peran di film yang berinti cerita pada upaya pembebasan Irian Barat ini, Widyawati meraih Piala Citra FFI untuk pemeran pembantu wanita terbaik. 

5. JULI - Pengantin Remadja (Wim Umboh, 1971)


Romeo dan Juliet pertama versi Indonesia. Ceritanya juga sama, kisah dua insan yang dihalangi oleh keadaan. Film romansa legendaris ini juga banyak yang mengatakan, jiplakan dari film 'Love Story' dari Hollywood, tahun 1970. Berkat film ini pula, pasangan ini pertama kali dipertemukan, dan menjadi sangat populer di industri film, dan tentunya menjadi pasangan yang abadi. 

4. LESTARI - Love (Kabir Bhatia, 2008)


Di film dengan 5 kisah cinta ini, kehadiran pasangan abadi ini sangat mencuri perhatian, mood booster dan mungkin menjadi obat rindu bagi para pencinta film nasional yang lama merindukan penampilan mereka kembali. Love menjadi film yang menampilkan kembali Widyawati dengan sang suami, Sophan Sophiaan di layar perak, dan tak disangka menjadi filmography terakhir bagi Sophan Sophiaan yang wafat 3 bulan setelah dirilis film ini. Segmen Lestari dan Nugroho, kisah cinta insan berusia 50 tahun keatas ini, cukup unik. Nugroho yang sakit alzheimer, bertemu dengan lestari, pemiliki warung soto. Kisah mereka indah dan romantis, dan tentunya chemistry dan akting mereka yang tak perlu diragukan lagi. 

3. MUTIA, SH - Sesal (Sophan Sophiaan, 1994)



Sesal merupakan karya bioskop terakhir Sophan Sophiaan, dimana karya terakhirnya ini cukup indah dan cukup berkesan. Kembali bersetting di luar negeri, mengingatkan pada film Perkawinan yang dirilis 1972, dimana pasangan ini bermain bersama di film yang pertama bersetting di eropa tersebut. Ceritanya juga bagus, drama keluarga seperti biasa, namun ujung cerita berakhir dengan perasaan mengusik kalbu. Widyawati sebagai Mutia, wanita karir yang memiliki suami dan dua anak, meninggal karena kanker. Sesal pada suaminya, Affan (Sophan Sophiaan) karena di akhir-akhir hayat hidup istrinya, hubungannya dengan Mutia cukup bergejolak karena kesenjangan karir mereka. Di film ini, permainan Widyawati yang paling menonjol. 

2. NONA - Buah Hati Mama (Sophan Sophiaan, 1980)


Widyawati menjadi istri yang bersama suaminya kembali ke tanah air dari Belanda, dimana suaminya harus bekerja keras membiayai keluarganya. Namun benturan-benturan terus terjadi baik secara kultural, ekonomi maupun dalam keluarga mereka. Widywati tampil bagus, dengan karakter perempuan yang tidak terbiasa dengan kehidupan di tanah air, dan dia segenap hati harus beradaptasi. Adegan yang cukup membuat jiwa ini terusik ketika dia memukul anaknya, Eka, karena sebuah kesalahan, padahal bukan Eka yang melakukannya. Akting Widyawati memang yang paling menjulang, karena harus memainkan banyak emosi.

1. ARINI - Arini, Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat (Sophan Sophiaan, 1987)


Karakter Arini identik dengan Widyawati. Kisah hidup Arini yang cukup berbelit, dan juga kisahnya dengan pria muda, yang diperankan Rano Karno menjadi inti cerita film yang berlatar di negeri Paman Sam ini. Chemistry antara Widyawati dengan Rano Karno patut diacungi jempol. Keduanya bermain bagus, dan Sophan Sophiaan sebagai sutradara dapat mengarahkan akting sang istri dengan sangat baik, terbukti dengan kemenangan yang mengejutkan, pada FFI 1987, kategori aktris terbaik direbut oleh Widyawati lewat karakter Arini.