Senin, 30 April 2012

#16PemainComeBack *1 Special Mention

Dunia Perfilman Indonesia selalu diwarnai oleh kehadiran para aktor dan aktris baru. Pergantian era juga berpengaruh kepada eksistensi seorang pemain di layar lebar, karena proses regenerasi lumrah terjadi. Proses regenerasi tersebut membuat sejumlah nama pemain seakan menghilang digantikan oleh para pemain baru. Dan seiring dengan menggeliatnya kembali dunia perfilman Indonesia, para pemain yang sebelumnya menghilang, kini tampil kembali mewarnai layar putih dan mengobati kerinduan pencinta film Indonesia. 

Inilah para aktor dan aktris #LayarKlasik yang kini tampil kembali, mereka adalah :

1. IDA IASHA


Aktris cantik blasteran ini menjadi sosok yang begitu tenar di era 80-an. Karirnya di film juga terbilang bagus, meski dalam setiap filmnya, suaranya harus disulihsuarakan, penampilan Ida Iasha dalam layar perak Indonesia selalu dinantikan. Di era 90-an, nama Ida Iasha perlahan semakin tenggelam, Ida pun terakhir bermain di film Tabir Biru (1993) dan hanya bermain dalam drama televisi Salah Asuhan dan Kembang Setaman. Setelah itu, Ida Iasha absen dari dunia hiburan, khususnya film. Setelah sekian lama absen, Ida Iasha kembali tampil mengejutkan dalam film Kuntilanak 2 dan Kuntilanak 3. Berperan sebagai ibu dari Julie Estelle, Ida Iasha kembali hadir dengan pesonanya yang takkan pudar. Tahun 2011, Ida Iasha tampil bersama Rhoma Irama dalam film Sajadah Ka'bah.

2. JENNY RACHMAN



'The Queen of Indonesian Cinema' terakhir bermain dalam film Hatiku Bukan Pualam tahun 1985, setelah itu Jenny Rachman vakum bermain film. Sekali pernah tampil dalam sebuah drama televisi, Kepastian (1994) bersama Alex Komang, Jenny pun kembali menghilang. Meski tidak aktif, Jenny Rachman aktif di organisasi PARFI, bahkan menjadi ketua umum untuk periode 2006-2011. Setelah vakum kurang lebih 26 tahun, Jenny Rachman kembali menunjukkan aktingnya yang hebat dalam film Di Bawah Lindungan Ka'bah (2011). Kemunculan kembalinya itu dituai pujian banyak kalangan, dan mendapat nominasi Festival Film Bandung 2012, kategori Pemeran Pembantu Wanita untuk Film.

3.  LENNY MARLINA



Aktris Terpuji Festival Film Bandung 1991 ini masih bermain di beberapa judul sinetron setelah perfilman kita mengalami 'mati suri'. Lenny Marlina, salah satu aktris berbakat, kini lebih banyak aktif di organisasi, dan membuat aktifitasnya di dunia film semakin berkurang. Film Baik-baik Sayang (2011) menghadirkan kembali Lenny Marlina beserta sang suami yang turut main, mereka memerankan orangtua dari karakter Bagas, yang dimainkan oleh Dennis Adhiswara. Meski hanya main di beberapa adegan, namun kemunculannya tersebut berhasil mencuri perhatian.


4. ONKY ALEXANDER


Siapa tak kenal sosok Boy dalam sekuel Catatan si Boy. Sang pemeran, Onky Alexander, menjadi sosok idola kala itu. Setelah Catatan si Boy, Onky tampil dalam sejumlah film romansa, dan juga tampil dalam beberapa sinetron di era 90-an, meski tidak banyak. Lama tak muncul karena kesibukan di luar film, Onky Alexander kembali hadir dalam film romansa Apa Artinya Cinta? (2005). Kemudian hilang kembali. Di tahun 2011, ketika dibuat film Catatan Harian Si Boy, Onky Alexander kembali hadir mengobati kerinduan, dan dia tetap menjadi sosok Boy, sama seperti 20 tahun lalu. Boy adalah Onky Alexander, dan Onky Alexander adalah Boy.

5. DEDDY SUTOMO


Aktor yang lekat dengan film kepahlawanan ini merupakan aktor watak yang memiliki kesana tersendiri bagi pencinta film nasional. Perannya sebagai Jenderal Sudirman dalam film Janur Kuning, Raden Patah dalam Sembilan Wali, dan karakter bapak bijaksana dalam serial Rumah Masa Depan, aakan selalu diingat. Deddy Sutomo masih tampil dalam beberapa serial televsi, namun belakangan aktif sebagai wakil rakyat di kursi DPR. Lama tak aktif, Deddy pun kembali tampil dalam film komedi Maskot di tahun 2006, Doa Yang Mengancam di tahun 2008, Film '?' karya Hanung Bramantyo, kembali menampilkan Deddy Sutomo yang berperan sebagai seorang pastur.
 
6. NURUL ARIFIN


Karir politiknya otomatis membuat karirnya di dunia film terhenti. Setelah asam garam bermain di banyak film, dan sinetron, Nurul Arifin pun vakum. Terakhir bermain dalam film independen, Beth (2000). Sepuluh tahun vakum, Nurul Arifin akhirnya kembali berakting di depan kamera, lewat film Bahwa Cinta Itu Ada (2010), berperan sebagai dosen, Nurul tampil tidak banyak, namun dapat menjadi salah satu magnet dalam film ini. 

7. YESSY GUSMAN


Idola Remaja bersama Rano Karno ini tercatat terakhir bermain dalam film Sumpah Keramat (1988). Yessy Gusman kemudian lebih aktif dalam kegiatan pendidikan. cukup lama Yessy Gusman tidak aktif, Rano Karno kemudian kembali mengajaknya main dalam sebuah judul sinetron. Kemudian ia kembali absen, dan kini Yessy Gusman tampil lagi, sebagai seorang menantu yang judes, dalam film Ummi Aminah (2012).

8. PARAMITHA RUSADY


Bintang Film tenar akhir 80-an dan awal 90-an, setelah film mengalami kejatuhan di era 90-an, Paramitha tetap aktif bermain di banyak judul sinetron percintaan dan penguras air mata. Seringnya tampil di sinetron, Paramitha absen dari film sekian lama. Penampilannya kembali dunia film, dimulai melalui film Ummi Aminah (2012), dan dalam film itu, Paramitha tampil menyentuh. Nominasi FFB untuk pemeran pembantu wanita pun diraihnya.

9. BARRY PRIMA



Aktor laga legendaris ini tampil mengejutkan dalam film Realita, Cinta, dan Rock n' Roll, dimana ia berperan sebagai seorang transgender. Sosoknya yang kekar dan khas aktor laga, membuat penonton berdecak kagum atas penampilan dan aktingnya yang begitu natural dan berkesan. Sebelumnya, Barry Prima juga tampil mencuri perhatian dalam film karya Joko Anwar, Janj Joni. Disini ia berperan sebagai sopir taksi. Barry Prima dikenal publik sebagai aktor spesialis film-film laga di era 80-an. Namanya seakan tenggelam seiring dengan masa suramnya perfilman kita, dan kini Barry Prima kembali tampil mewarnai perfilman Indonesia.

10. TITI QADARSIH


Artis ini punya segudang talenta, dari peragawati, pengisi suara, penari, sampai pemain film. Suaranya yang begitu khas menjadikan Titi Qadarsih menjadi sosok yang memiliki ciri khas. Mendapatkan nominasi FFI 1982 untuk aktris pendukung, Titi Qadarsih yang terakhir tampil dalam Jangan Kirimi Aku Bunga tahun 1986, kembali tampil dalam layar putih, dalam film Ungu Violet di tahun 2005.

11. ROSALINE OSCAR


Pemain film, penari balet dan juga pengusaha ini aktif di film era 70-an, filmnya diantaranya Karmila dan Kampus Biru, Kemudian Rosaline Oscar seakan menghilang dari layar perak, dan ia muncul lagi dalam film Ungu Violet di tahun 2005. Sebelumnya juga tampil di film Gie sebagai Bibi Han.

12. DEWI IRAWAN



Kurang lebih 15 tahun vakum dan hijrah ke negeri orang, Dewi Irawan kembali hadir mewarnai perfilman Indonesia. Terakhir tampil dalam film Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat (1989), mulai kembali di film Detik Terakhir (2005), dan selanjutnya Dewi Irawan  berperan di film-film berkarakter, seperti Berbagi Suami, Badai Pasti Berlalu, dan Sang Penari, berperan jadi Nyai Kartaredja, yang memberinya Piala Citra, setelah 28 tahun yang lalu mendapat nominasi Citra yang pertama. Di film ini, Dewi Irawan juga mendapatkan nominasi Festival Film Bandung.


13. IKRANAGARA




Aktor watak ini memiliki karakter khas dalam setiap perannya. Perannya yang cukup berkesan, dalam film Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985) yang memberinya nominasi Piala Citra. Setelah membintangi Bintang Kedjora, Ikranagara menghilang dari dunia akting. Tahun 2008, Ikranagara membuat kejutan dengan tampil dalam film Laskar Pelangi, dalam film yang sukses itu, Ikranagara memainkan peran Pak Harfan, dan perannya cukup berkesan. Selain itu, Ikranagara juga tampil bagus dalam film Under The Tree, Garuda di Dadaku, dan Sang Pencerah. 


14. IDA LEMAN





Aktris yang juga perancang busana ini dikenal publik sebagai pemain film dan televisi era 80-an. Tampil dalam banyak film di era 80-an, dan di era 90-an, Ida leman mengurangi kemunculannya di televisi, dan film yang memang sedang mengalami mati suri. Sekian lama absen, Ida Leman tampil kembali dalam film Perempuan Berkalung Sorban dan Badai di Ujung Negeri.

15. BTARI KARLINDA


Pemeran Ina, adik Boy dalam sekuel Catatan Si Boy, hadir kembali dalam film Catatan Harian Si Boy (2011), tetap sebagai Ina. Mantan Gadis Sampul ini terakhir main di film Rebo Dan Robby (1991) yang memberinya nominasi Piala Citra. Btari Karlinda menghilang dari panggung hiburan, khususnya film, karena aktifitasnya di luar dunia akting. 20 puluh tahun berlalu, Btari Karlinda yang masih cantik itu, reuni kembali dengan Onky Alexander dan Didi Petet dalam Catatan Harian Si Boy.


16. TUTIE KIRANA


Aktris yang tenar di era 70-an dan ibunda Djenar Maesa Ayu ini muncul kembali di dunia perfilman sejak main di film Ca Bau Kan (2001) garapan Nia Dinata. Sebelumnya, Tutie Kirana terakhir bermain film tahun 1989. Remy Sylado, merekomendasikan nama Tutie Kirana kepada Nia Dinata. Setelah tampil mencuri perhatian dalam Ca Bau Kan, Tutie Kirana sering tampil dalam sejumlah film, seperti Gie (2005), May (2008), In The Name of Love (2008), Kalau Cinta Jangan Cengeng (2009), dan teranyar, Sampai Ujung Dunia (2012). Lewat film May, Tutie Kirana kembali masuk nominasi FFI untuk pemeran pembantu wanita.

*Special Mention
17. SUZANNA
(1942 - 2008)


Ratu Film Horor Indonesia, Suzanna, salah satu aktris yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah perfilman Indonesia. Film-film horor yang menampilkan akting sempurna Suzanna juga terkenang hingga kini. Ajian Ratu Laut Kidul (1991), adalah film horor terakhirnya di era lampau. Kemudian Suzanna vakum sekian lama, dan sempat tampil dalam sebuah sinetron tahun 2003. Tahun 2008, Suzanna secara mengejutkan tampil kembali dalam film Hantu Ambulance. Film tersebut sekaligus menjadi film terakhirnya, karena pada Oktober 2008, Suzanna menghadap sang khalik, karena sakit.

Jumat, 27 April 2012

10 Film Klasik Hitam Putih Paling Berkesan (Bagian 1) *1 Special Mention

1. Tamu Agung (Usmar Ismail, 1955)


Salah satu film komedi situasi terbaik dalam sejarah perfilman Indonesia. Judul "Tamu Agung" menjadi sebuah bahan utama dalam cerita film ini, dimana film ini mengisahkan tentang sebuah kebohongan dan tipu-tipu yang disajikan jenaka, kocak, dan tentu cerdas. Sang "Tamu Agung" diperankan sangat bagus oleh M. Pandji Anom. Film komedi terbaik Festival Film Asia 1956.

2. Petir Sepandjang Malam (S Waldy & Sjarieffudin, 1967)

Film ini termasuk kedalam film yang bergenre thriller yang saat itu belum awam.  Meraih penghargaan FFI untuk Musik Terbaik (Idris Sardi) dan Pemeran Pembantu Wanita Terbaik (Marlia Hardy). Banyak pula ditemukan adegan dan jalan cerita yang cenderung mistis dan horor, ada pula adegan-adegan yang menegangkan.

3. Pedjuang (Usmar Ismail, 1960)




Bambang Hermanto menjadi aktor terbaik di Moskow International Film Festival melalui film ini, sebuah  karya Usmar Ismail. Film yang mengisahkan tentang kehidupan seorang pejuang di masa kemerdekaan setelah 1945, beserta dengan kompleksitas konflik dan intrik yang memiliki kesan mendalam dan tragis.


4. Tiga Dara (Usmar Ismail, 1956)



Merupakan salah satu film yang paling berkesan sepanjang masa, dengan penampilan ketiga aktris legendaris dan karya sang maestro, Usmar Ismail. Menang untuk Musik Terbaik FFI 1960. Pelopor film musikal, dan potret remaja era 50-an.

5. Asrama Dara (Usmar Ismail, 1958)



FFI 1960 untuk Penyuntingan Terbaik, Pemain Harapan Terbaik, Pemain Cilik Terbaik pada Festival Film Asia 1960 untuk Suzanna. Film pertama Suzanna, bergenre drama musikal, dan menghadirkan problem para remaja putri dalam satu asrama, yang memiliki problem masing-masing, mengalir dengan wajar. Tidak cengeng, melainkan dibalut dengan jenaka. Kompleks namun tidak rumit untuk dicerna sekaligus menghibur. Dimainkan pas oleh deretan aktris berbakat, Fifi Young, Chitra Dewi, Aminah Tjendrakasih, Suzanna, dan lain-lain. Film ini juga menjadi contoh kehidupan remaja era 50-an. Berbalut komedi, tapi sarat dengan pesan.


6. Darah dan Doa / The Long March (Usmar Ismail, 1950)



Dianggap kritikus sebagai tonggak awal perfilman nasional, dan pengambilan pertama film ini, pada 30 maret 1950, ditetapkan sebagai hari film nasional. Konflik dan intrik di masa revolusi adalah inti cerita dari salah satu film 'terpenting' ini.

7. Tarmina (Lilik Sudjio, 1954)



Menampilkan permainan akting yang gemilang dari aktris watak Fifi Young. Mengisahkan tentang jalan hidup seorang wanita bernama Tarmina, yang licik dan berpikir hanya hidup enak, menyiakan-nyiakan rumah tangga dan keluarganya, yang akhirnya membuat dia sengsara dan kehilangan arah. Berkat akting yang bagus, Fifi Young mendapat unggulan Pemeran Utama Wanita Terbaik pada FFI untuk pertama kali. Selain itu, Lilik Sudjio sebagai sutradara juga meraih predikat sutradara terbaik, pemeran pembantu wanita terbaik untuk Endang Kusdiningsih, dan unggulan untuk pemeran utama pria, A Hadi.


8. Enam Djam di Djogdja (Usmar Ismail, 1951)



Saat itu, semangat heroik dan patrotik masih membara di benak masyarakat. Begitu juga dengan para sineas, salah satunya maestro Usmar Ismail yang membuat film epik Enam Djam di Djogdja. Jalan cerita film ini disajikan dari sudut pandang rakyat atau tentara yang berpangkat rendah. Usmar Ismail berhasil menciptakan peristiwa nyata Serangan Umum 1 Maret 1949 dengan cara fiktif, dan lebih menonjolkan kehidupan rakayat yang berotong royong dengan tentara dan pemerintah saat itu. Dengan ensemble cast yang banyak, semua pemain berporsi sama, karena yang menjadi fokus memang penyajian cerita fijktif peristiwa nyata tersebut.

9. Krisis (Usmar Ismail, 1953)


Satu lagi satir cerdas dari seorang Usmar Ismail, Krisis. 'Krisis' dimaksudkan sebagai penggambaran banyaknya masalah yang mendera karakter-karakter dalam film ini. Selain itu, 'krisis' juga menggambarkan keadaan Perfini, pimpinan Usmar Ismail, yang juga mengalami krisis. Ensemble cast terdiri dari aktor-aktris yang tenar di masa itu, seperti Tina Melinda dan Aedy Moward. Termasuk film yang menuai sukses dan diterima penonton.

10. Lewat Djam Malam (Usmar Ismail, 1954)



Mendapatkan banyak penghargaan di Festival Film Indonesia yang pertama, tahun 1955, unggulan Festival Film Asia 1955, dan tayang di Cannes Classics tahun ini setelah di restorasi. Bercerita tentang kehidupan veteran pejuang yang dibalut dengan kritik sosial yang tajam, seperti revolusi menciptkan korupsi dan konspirasi, masalah status sosial, tatanan sosial semata-mata ditentukan oleh kaya dan mobiltas, borjuis sosial dan kehidupan kelas pekerja. Salah satu karya terbaik Usmar Ismail.

11. Dibalik Tjahaja Gemerlapan (Misbach Jusa Biran, 1966)


Mengangkat tema tentang kehidupan dibalik para seniman panggung pertunjukan dan suka duka mereka. Mendapat penghargaan FFI 1967 untuk sutradara terbaik, Misbach Jusa Biran, pemeran utama pria untuk Soekarno M Noor, dan pemeran pembantu pria, Atmonadi.