Rabu, 08 Februari 2012

Malaikat Tanpa Sayap, Sebuah Cinta Yang Terpisahkan


Kembali Movie Mania di manjakan sebuah drama percintaan. Lumrah rasanya bila akan memasuki bulan Febuari. Sebuah lah yang lumrah memasuki bulan yang penuh Love melulu.

Cerita yang mirip dengan sekali dengan yang juga tayang di tanggal yang sama dari film My Last Love. Apakah yang membedakan? Sutradara Rako Prijanto mengharapkan dapat melihat "Malaikat Tanpa Sayap" permasalahan merupakan sebuah proses di dalam sebuah kehidupan yang harus di hadapi.

Di bintangi oleh Maudy Ayunda, Adipati Dolken, Surya Saputra, Ikang Fawzi, Kinaryosih, dan Agus Kuncoro tayang 9 febuari dan siap mengisi hari kasih sayang anda. 

Sumber:

Hanung Bramantyo Siapkan 3 Film di Tahun 2012

Hanung Bramantyo dikenal sebagi seorang sutradara yang sanggup  membuat karya film bagus dan dapat di terima oleh para penonton. Tahun lalu tiga film garapannya ? (Tanda Tanya), Tendangan Dari Langit dan Pengejar Angin mendapat review bagus dan jumlah penonton yang cukup banyak.

Di tahun 2012 ini Hanung pun telah menyiapkan tiga film terbarunya yang siap dinikmati oleh penikmat film nasional. Yang paling dekat adalah film berjudul Perahu Kertas. Film yang diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari itu direncanakan akan memulai syuting pada Februari ini.

Tema kepahlawanan pun akan kembali menjadi pilihan Hanung, setelah sukses besar dengan Sang Pencerah, suami Zaskia Adya Mecca itu juga akan membuat film tentang Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Rencananya akhir tahun film Soekarno akan memulai produksinya.

Hanung juga berencana membuat film animasi yang di jadwalkan masuk jadwal produksi pada pertengahan tahun 2012. Film yang nantinya akan di beri judul Jaka Sembung itu akan menjadi film animasi pertama yang dibuat oleh Hanung.

Sumber:

Come Back Lulu Tobing di Film Negeri 5 Menara

Tidak akan lama lagi, cerita dari novel best seller Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi akan bisa kita saksikan dalam bentuk film dengan judul yang sama di bioskop-bioskop seluruh Indonesia.

Film garapan sutradara muda, Affandi Abdul Rachman ini, diharapkan bisa sesukses novelnya bahkan bisa melampaui kesuksesan novel tersebut. Seperti diketahui, novel Negeri 5 Menara dengan kisah persahabatan 6 remaja pondok pesantren dalam meraih cita-cita, sukses memukau jutaan pembacanya.

Dengan di visualisasikan kedalam film, ini merupakan tantang tersendiri bagi Affandi selaku sutradara. Untuk itu, peran utama dalam film ini jatuh kepada para pendatang baru dengan seleksi yang begitu ketat.

Sedangkan untuk menambah ‘nyawa’ film, dipilihlah aktor dan aktris berkualitas seperti Ikang Fawzi, Lulu Tobing, Donny Alamsyah, hingga artis muda Andhika Pratama.

Mengenai Lulu Tobing, ada yang menarik perihal artis yang terkenal dalam sinetron Tersanjung itu. Setelah lama tak terlihat, Lulu memutuskan kembali berakting. Dalam Negeri 5 Menara, Lulu berperan sebagai seorang ibu yang berasal dari daerah Minang.

Ia pun sempat kaget saat ditawari casting, apalagi Lulu harus berakting dengan dialek Minang. Namun tawaran itu ia terima saat tahu novel film ini laris dipasaran. Lulu juga mengaku mendapatkan kesulitan. Karena lama vakum, peran itu cukup sulit bagi Lulu Tobing.

Untung, ia di fasilitaskan seorang guru untuk belajar bahasa Minang dan kesulitan yang ia dapat bisa teratasi. Film sudah dibuat, dan kini kita tinggal menunggu film Negeri 5 Menara tayang di bioskop yang direncanakan tayang 1 Maret mendatang.


Sumber:
Ceritamu.com

Senin, 06 Februari 2012

Poster Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa (Part 2)

11. BADAI PASTI BERLALU (1977)

Siapa yang tidak tahu film ini. Film pop Teguh Karya ini selain menjadi box office, juga teruji dengan kualitas baik. 4 Piala Citra FFI 1978 pun diraih. Poster film ini juga begitu familiar oleh para penikmat film lintas generasi. Potret Christine Hakim berlari dengan tertawa lepas dengan gradasi warna hijau begitu melekat, karena juga menjadi sampul album soundtrack film ini yang begitu fenomenal. Poster ini terlihat sederhana, namun klasik dan begitu berkesan.




12. MASKOT (2006)


Poster ini bergaya minimalis. Sang maskot film ini, yaitu 'Ayam', cukup di pinggir saja. Tokoh-tokoh lain, ditampilkan karikatural. Poster ini sangat terlihat unik dan jenaka, tepat untuk menggambarkan film komedi ini. 










13. PEREMPUAN DALAM PASUNGAN (1980)

Film drama ini cukup unik, karena mengangkat tema berbeda, yaitu wanita yang dipasung oleh keluarga. Poster film ini juga telah menyiratkan hal tersebut. Seorang wanita yang tersiksa dipasung, karena dianggap gila oleh keluarga. Poster ini cukup dramatis.











14. CIN[T]A (2009)

Film tentang kisah sejoli berbeda keyakinan. Tentu tak etis menampilkan dua lambang agama di poster film. Dengan cerdik, yang hadir adalah setengah bagian bawah wajah dua sejoli dan juga "Orang-orangan jari" dengan mata keduanya, yang bisa menjelaskan satunya Muslim dan satu lagi Cina-Kristen. Cukup berkesan.



  
15. KASMARAN (1987)


Film karya Slamet Rahardjo yang meraih Piala Citra untuk Poster Film Terbaik FFI 1988 ini, bertemakan drama dengan beragam kompleksitas seperti seksologi, psikologikal dan thriller, semuanya digambarkan dengan baik dalam posternya. Poster yang menampilkan Ida Iasha yang setengah berbusana ini, tentunya memiliki daya jual, dan pastinya memiliki segi artistik yang cukup baik. Dari komposisi, pemilihan warna, ide dan konsep kreatif, hasil eksekusi poster ini dapat dikatakan cukup baik.





16. JERMAL (2009)

Sebuah film yang menceritakan eksploitasi anak di bawah umur dan poster nya pun sangat sederhana namun indah, dengan mengutamakan warna dominan biru dan penempatan objek di luasnya laut membuat poster ini secara alami menjadi dramatis.









 
17. PERKAWINAN DALAM SEMUSIM (1976)

Poster ini begitu kuat menggambarkan isi film ini. Menampilkan para tokoh, terutama Tuti Indra Malaon yang memegang senapan, memberi gambaran ada apa dalam film ini. Perkawinan Dalam Semusim di cap sebagai film Teguh Karya yang paling 'liar', dari segi cerita dan karakter para tokoh. Poster ini juga salah satu poster film yang keluar dari pakem di era 70-an, yang kebanyakan menggunakan media lukisan sebagai visual poster.

 18. I KNOW WHAT YOU DID ON FACEBOOK (2010)

Poster film ini sudah menggambarkan inti dari film ini, yaitu hal-hal yang ditimbulkan dari sebuah media jejaring sosial. Adegan fighting antara dua tokoh wanita divisualkan dalam poster, yang dimana adegan tersebut adalah best scene dalam film ini. Kita dibuat penasaran, apa yang terjadi terhadap kedua wanita tersebut, dan tentunya yang mencuri perhatian adalah wanita tomboy yang berambut cepak alias Kimmy Jayanti.

19. PINTU TERLARANG (2009)

Saya mengacungkan 2 jempol untuk pengerjaan poster film ini. Seniman desain grafis Mayumi Haryoto menerjemahkan segala centang-perenang isi kepala tokoh psikopatik yang dimainkan Fachry Albar dalam sebuah desain yang tak menggabungkan foto adegan, melainkan pameran ilustrasi mumpuni yang bernada vintage.

Inilah poster-poster film Pintu Terlarang. Semuanya memiliki konsep visual yang sangat baik. Dari komposisi, pemilihan warna, ide dan konsep kreatif, hasil eksekusi poster ini dapat dikatakan sangat baik, sehingga menjadi 'magnet' yang sangat besar untuk menonton film ini.

 

Poster Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa (Part 1)

Film yang bagus tentunya juga dipengaruhi oleh faktor materi promosi yang bagus dan dapat mengundang penonton untuk menikmati film tersebut. Sebuah konsep poster untuk sebuah film ternyata memerlukan riset dan pemahaman mendalam seperti mempelajari behaviour audience dan target audience, penting untuk di lakukan karena sebuah poster tersebut ternyata akan memberikan efek terhadap audience atau calon penonton.

Poster itu sendiri bahkan secara tidak langsung menjelaskan atau menggambarkan sebuah isi film secara resume. Jadi matangnya konsep dan hasil eksekusi sebuah Poster Film ternyata berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah film yang siap di tayangkan.

Pada tahun 1983, Asrul Sani mengusulkan agar poster film dihargai, dan untuk penciptanya diberi piala khusus yang nilainya sejajar seperti terhadap insan film lain. Pada 1984 muncullah Piala S. Toetoer untuk pendesain poster film terbaik. Agak terlambat, memang, padahal FFI sudah berusia 11 tahun, sejak 1973. Mengapa nama pialanya S. Toetoer? Riwayatnya bagi orang film sendiri, dia justru masih asing, padahal orang ini pembuat poster film pada tahun 40-an. Ia pemilik studio iklan "Rembrandt" di Jakarta. Kini yang dilombakan umumnya poster film yang ikut festival. Dan biasanya untuk film cerita. Film dokumenter dan film pendek tak diikutkan. Dengan hadirnya poster film, suasana di FFI itu makin meriah. Karena itu, adalah menarik bila panitia FFI 1988 ketika itu memamerkan poster yang menang dan masuk nominasi. Poster-poster berukuran standar one sheet (70 x 105 cm) yang dipamerkan itu tentu boleh diartikan untuk retrospeksi. Bertolak dari tahun 1984 sebagai tonggak awal lomba, yang masih belum berkembang. Berkembangnya teknologi cetak ofset dan canggihnya peralatan gambar, ini merupakan peluang berbagai alternatif montase.

Media apa pun yang dipakai (lukisan atau foto) asalkan bisa dijaga kesannya bukan sebagai sekadar gambar tempel, tapi memang karya grafik yang mewakili cita rasa artistik yang elok, dan mampu memikat mata penonton.

Berikut ini beberapa poster film Indonesia yang menurut saya terbaik sepanjang masa (Bagian Pertama) :


1. DOEA TANDA MATA (1984)

Poster Doea Tanda Mata adalah poster yang keluar dari pakem poster film di era 80-an. Jenny Rachman cukup ditampilkan bercadar. Sisanya adalah potongan adegan untuk menjelaskan film ini punya tema besar, yaitu perjuangan melawan penjajah yang berisiko maut. Poster film ini membawa kesan heroik dan dramatik yang cukup mendalam. Tak berlebihan jika mendapat Piala Citra untuk Poster Film Terbaik FFI 1985.
Poster ini menggunakan latar: dua foto tokoh yang dicetak dalam warna sepia, dan foto full colour, yang dipetik dari sebuah adegan eksotik. Memang memikat. Poster kisah lama yang difilmkan sutradara Teguh Karya itu berhasil tldak cuma menjual, malah imajinatif, kaya, dan mengalirkan nalar.




2. HATIKU BUKAN PUALAM (1985)


Poster film ini menggunakan montase fotografi, namun imajinasinya kurang berbiak. Terkesan agak klise. Namun secara tampilan, poster ini cukup baik, dengan menggambarkan bahwa film ini adalah film drama penguras air mata. Poster Film Terbaik FFI 1986.









3. BAJAR DENGAN DJIWA (1940)

Film ini berisi kisah beberapa keluarga. Ada kisah soal ayah yang terlibat utang, lalu menjual anak gadisnya. Membuat kekasih anak gadisnya patah hati. Yang menarik dari poster ini adalah suasana mistis persis film-film horor psikopat. Potret seorang wanita mengancam sambil pegang pisau dan tipografi judul memberi kesan horor yang terus membekas, walau kita takkan pernah lagi melihat filmnya.

4. ADA APA DENGAN CINTA? (2002)

Poster film Ada Apa dengan Cinta? adalah poster paling dikenang sepanjang masa untuk ukuran era 2000-an. Bagi generasi sekarang, inilah poster yang paling melekat di benak kita. Poster ini jadi fenomenal seperti filmnya karena sangat pas dengan target yang disasar, yaitu remaja. Pewarnaan warna-warni yang menutupi wajah Nicholas Saputra dan Dian Sastro ditujukkan sebagai arti “cinta” yang macam-macam, seperti kata sineasnya. Tapi warna-warni itu bisa juga dimaknai kehidupan remaja yang dinamis, penuh warna. Bagi generasi MTV yang sehari-hari menghabiskan waktu depan TV, warna-warni itu persis warna layar TV saat tak ada siaran. Tak heran, posternya begitu melekat.


5. IBUNDA (1986)

Dra. Tuti Indra Malaon yang jadi tokoh sentral film ini, tak dapat diragukan lagi akting mumpuninya. Tengok ekspresi wajah Tuti di poster ini. Ekspresi itu menyiratkan beban yang harus dipikul seorang ibu dan dengan ekspresi itulah, film ini dapat digambarkan dengan baik melalui poster ini. Salah satu masterpiece Teguh Karya.








6. PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN (2009)

Film adaptasi novel Abidah El Khalieqy tentang seorang perempuan (Revalina S. Temat) yang hidup di lingkungan pesantren konservatif. Anissa, tokoh utama, adalah sosok pemberontak pada tradisi yang dianggap merugikan perempuan. Posternya menjelaskan semua itu, saat Anissa menghadap ke arah berbeda, sementara yang lain menuju arah yang sama.









7. ARISAN! (2003)

Arisan! adalah film yang cukup menggelitik karena mengangkat tema kehidupan kaum urban dan sosialita ibukota Jakarta. Film terbaik FFI 2004 ini juga memiliki poster film yang unik. Dengan menampilkan para tokoh utama dalam satu meja dengan mimik yang menjelaskan karakter maupun kisah masing-masing di filmnya. Lirikan Cut Mini, gaya genit Aida Nurmala, wajah Rachel Maryam yang menyembul sok ingin tahu, atau Tora Sudiro dan Surya Saputra memberi kita petunjuk ada apa di filmnya.





 

8. EIFFEL I'M IN LOVE (2003)

Film pop remaja ini memiliki poster yang cukup baik. Dua tokoh utama dalam film ini ditampilkan dalam ruang yang menggambarkan perasaan keduanya. Di poster pertama, ditampilkan adegan dalam film yang paling berkesan, dan di poster yang kedua, terlihat dua tokoh terpisah oleh sebuah dinding, dan keduanya berada dalam ruangan mereka, lengkap dengan tata artistik yang menggambarkan karakter mereka masing-masing. Film Terlaris FFI 2004 dengan meraup 1 juta penonton.


9. API CEMBURU (1989)

Film kerjasama Malaysia ini, menampilkan poster yang memiliki konsep yang cukup unik. 'Keretakan' yang terjadi di antara kedua tokoh utama digambarkan dengan robekan sebuah kain diantara siluet kedua tokoh tersebut. Poster film terbaik FFI 1989.









 10. UNDER THE TREE (2008)

Saya menaruh nilai tambah untuk poster film ini. Poster film karya Garin Nugroho ini memiliki nilai art yang kental Indonesia, terdapat pula ilusi yang tergambar lewat pohon yang dilukis dengan model ukiran Bali, dan membentuk gambar bayi. Sebuah hal yang tidak biasa, selain itu pula perpaduan warna yang saling mendukung menjadikan poster ini enak untuk dilihat. Kehadiran poster yang memiliki kualitas sangat baik ini tentunya seimbang dengan kualitas film yang tidak perlu diragukan lagi.

Piala Vidia 1992


Pada tahun 1992 silam, penyelenggaraan penghargaan khusus untuk insan televisi atau Piala Vidia, mulai dipisah dari festival film atau Piala Citra. Piala Vidia sendiri mulai diberikan dalam FFI sejak tahun 1986.

Inilah para Peraih Piala Vidia 1992 :

Sinetron Lepas (FTV) Terbaik   : Aksara Tanpa Kata (TVRI)
Mini Seri Terbaik                     : Siti Nurbaya (TVRI)
Serial Terbaik                          : Jendela Rumah Kita (Episode "Gadis Manis dalam Gerimis") 
Sutradara Terbaik                    : Irwinsyah (Aksara Tanpa Kata)
Aktor Utama Terbaik               : Aspar Paturusi (Anak Hilang)
Aktris Utama Terbaik               : Neno Warisman (Aksara Tanpa Kata)
Aktor Pembantu Terbaik          : Herdin Hidayat (Fajar Siddiq)
Aktris Pembantu Terbaik          : Renny Djajusman (Aksara Tanpa Kata)
Cerita Asli Terbaik                   : Alex Soeprapto Yoedho (Keringat)
Skenario / Teleplay Terbaik     : Alex Soeprapto Yoedho (Keringat)
Tata Artistik Terbaik                : Satari SK. (Anak Hilang)
Tata Musik Terbaik                   : Igor Tamerland (Aksara Tanpa Kata)
Sinematografi Terbaik              : Yadi Sugandi & Yayat Muslihat (Anak Hilang)
Penyuntingan Terbaik               : Iqbal Agus & Robby Rumekso (Aksara Tanpa Kata)
Tata Suara Terbaik                    : Adri Krisnandi & Edhi Junaedi (Aksara Tanpa Kata)
Kritik Sinetron Terbaik              : Sugeng Setyadharma (Minggu Bintang Sport Film Medan)
                                                 - kritik untuk sinetron "Tasi Oh Tasi"

Penghargaan Khusus
Pemeran Anak-anak Berbakat  : Erina GD (Aida)

Sumber : Sinematek Indonesia


Sabtu, 04 Februari 2012

Review Film - "Pintu Terlarang" (2009)

Jenis Film            : Thriller 

Sutradara            : Joko Anwar
Penulis Skenario  : Joko Anwar
Penata Kamera    : Ipung Rahmat Syaiful
Penata Artistik    : Wenciclaus
Penata Musik  : Bembi Gusti, Aghi Narottama & Ramondo Gascaro
Penata Suara       : Khikmawan Santosa
Penyunting          : Wawan I. Wibowo
Penata Busana     : Isabelle Patrice


Pemeran

Fachri Albar
Marsha Timothy
Tio Pakusadewo
Henidar Amroe
Ario Bayu
Otto Djauhari
Verdi Solaiman
Arswendi Nasution


Sinopsis


Hidup seorang pematung yang sukses bernama Gambir (Fachri Albar) mulai berantakan setelah dia mulai menerima pesan-pesan misterius dari seseorang yang meminta pertolongannya. Dari sebuah tayangan TV illegal yang menempatkan kamera tersembunyi di rumah-rumah orang, dia mengetahui bahwa yang mencoba menghubunginya adalah seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang disekap dan disiksa oleh dua orang misterius. Saat Gambir berusaha untuk mencari tahu di mana anak itu, dia curiga kalau istrinya yang bernama Talyda (Marsha Timothy) mungkin ada hubungannya dengan misteri yang sedang dia coba pecahkan. Tak lama kemudian, Gambir harus memilih, apakah menyelamatkan anak kecil itu atau kehilangan semua milik dan hidupnya. Apapun pilihannya, kengerian dan bencana yang berdarah-darah menanti di ujung pencariannya.

 Penghargaan
 
Festival
Kategori
Penerima / Nominee
Hasil
Festival Film Indonesia 2009
(Piala Citra)

Festival Film Indonesia 2009
(Piala Citra)

Festival Film Indonesia 2009
(Piala Citra)

Puchon International Fantastic Film Festival, Korea
Penyuntingan



Sinematografi



Skenario Adaptasi


Puchon Choice Feature – International Competition
Wawan I Wibowo


Ipung Rahmat Syaiful


Joko Anwar
Menang



Menang



Nominasi



Menang


Review 

Menurut saya, Joko Anwar ingin membuat film yang menghibur, sekaligus bisa dimaknai secara kontemplatif oleh para penontonnya. Dan setelah saya menyimak filmnya, saya semakin yakin jika Joko Anwar adalah salah satu sutradara di Indonesia dengan visi dan misi yang terstruktur untuk membuat film yang bermutu di dalam ranah sinema Indonesia.

Setelah debut menyenangkan dengan ‘Janji Joni’ dan sophomore yang fantastis dengan ‘Kala’, maka di karya ketiganya ini Joko Anwar coba menggali suspensi dengan lebih mendalam. Joko dengan penuh kredibilitas yang mumpuni membangun ketegangan dengan dinamika penuh eskalasi dalam progresi plotnya.


Cerita ditampilkan dengan kompleksitas yang lumayan menarik dan dihantarkan melalui presentasi yang elaboratif. Penonton seolah-olah diajak untuk menyelami kedalaman cerita dan diajak serta untuk memasuki kehidupan Gambir, karakter utamanya.


Ketegangan dibangun secara merambat sehingga mencapai kulminasi pada klimaks yang “mengerikan”. Semua dibangun oleh presisi oleh Joko. Meski, secara pribadi rangkaian adegannya terasa sedikit kepanjangan dan bisa sedikit di trim agar sedikit lebih padat. Ada kalanya pula saya merasa jika pergerakan plotnya terlalu mengikuti pakem yang banyak dipakai pada film sejenis, sehingga meski saat menontonnya saya belum pernah membaca novelnya, namun bisa membaca kemana arah film ini nantinya.


Didukung oleh akting jajaran pemainnya yang lumayan artikulatif dalam menerjemahkan cerita dan karakter mereka; Fachri Albar dan Marsha Timothy bermain apik, meski Tio Pakusadewo terasa repetitif, sedangkan akting Henidar Amroe mengingatkan akan perannya di ‘Mereka Bilang Saya Monyet’.

‘Pintu Terlarang’ bukanlah film sempurna. Tapi ini adalah film yang mengagumkan, karena menampilkan kinerja profesional yang jarang ada di sinema Indonesia, akting maupun teknis. Oleh karenanya sangat layak untuk disimak, jika ingin melihat thriller kreasi sineas kita, sekaligus menunjukkan jika ada juga sutradara disini yang sangat kompeten dibidangnya. Raihan anugerah Film Terbaik dalam Puchon International Fantastic Film Festival 2009 yang lalu adalah buktinya.

Trivia

* Film adaptasi novel karya Sekar Ayu Asmara 
* Meraih 3 Nominasi FFI 2009, dan berhasil menyabet 2 Piala Citra