Jumat, 27 Januari 2012

Nicholas Saputra dan Korupsi

Nicholas Saputra menghilang dari dunia layar lebar, ternyata dia berhubungan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Hubungannya kali ini adalah karena Ia terlibat proyek Omnibus yang dibuat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Akan ada empat film pendek yang dikemas menjadi satu dan diberi judul "Kita Versus Korupsi".

Walaupun kisahnya sangat sederhana, pasangan Dian Sastrowardoyo dalam film Ada Apa Dengan Cinta? ini mengaku sangat senang bisa terlibat di film yang disutradarai oleh Lasja F Susatyo.

Justru karena ceritanya sederhana Ia tertarik, menurutnya biasanya dari kesederhanaan muncul yang luar biasa. Secara personal Nico suka cerita yang sederhana, tapi tergantung dengan treatment dan ceritanya seperti apa. Selain itu keterlibatan Nicholas Saputra di proyek ini adalah untuk mensupport KPK yang sudah menjadi tanggung jawab semua masyarakat.

Sumber :
ceritamu.com

Lovely Man & Serdadu Kumbang Tayang Di World Film Festival

Dua Film Indonesia kembali ditayangkan di luar negri, kali ini ada “Lovely Man” (Teddy Soeriaatmadja ) dan “Serdadu Kumbang” (The Beetle Soldiers, by Ari Sihasale) yang tayang di The 9th World Film Festival of Bangkok 2011. Acara yang sejatinya digelar pada tanggal 4-13 November 2011 tersebut diundur jadi tanggal 20-27 Januari 2012 dikarenakan situasi kritis banjir bandang di Bangkok dan sebagian besar negara Thailand.

Festival film dunia yang digelar di Bangkok ini akan menayangkan beragam film dari berbagai negara di dunia, termasuk Peru, Mexico, Perancis, Amerika, Indonesia, Singapura, Argentina, Brazil, Swedia, China, Polandia, Jerman dan Thailand sendiri. Film-film tersebut akan ditayangkan di Paragon Cineplex dan Esplanade Cineplex Ratchadapisek.

“Lovely Man” sendiri dijadwalkan bakal tayang pada tanggal 22 Januari 2012 pada pukul 13.00 waktu setempat, dan pada tanggal 23 Januari 2012 pukul 15.40 waktu setempat di Esplanade Cineplex Ratchada 3.

Sementara itu film “Serdadu Kumbang” (The Beetle Soldiers) dijadwalkan untuk tayang pada tanggal 25 Januari 2012 pukul 22.00 malam dan pada tanggal 27 Januari 2012 pada pukul 20.10, juga ditayangkan di Esplanade Cineplex Ratchada 3.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai film-film apa saja yang akan ditayangkan, silahkan langsung kunjungi http://www.worldfilmbkk.com/.

Sumber :
Ceritamu.com

Lukman Sardi dan Laura Basuki Bintangi DI TIMUR MATAHARI

Satu lagi film Indonesia yang akan syuting di Papua pada bulan Februari mendatang. Film yang diproduksi oleh Alenia Pictures ini kabarnya akan dibintangi oleh Lukman Sardi dan Laura Basuki. Rencananya, film besutan Ari Sihasale ini akan ditayangkan pada bulan Juni mendatang. Hingga berita ini diturunkan, para pemain sedang sibuk proses reading.

Nia Zulkarnaen sendiri kabarnya kerap bolak-balik Jakarta-Papua untuk mempersiapkan proses syuting film terbarunya ini. Konon Nia jatuh cinta dengan keindahan pulau Papua, bukan hanya karena itu tanah kelahiran sang suami, Ari Sihasale, tapi juga karena kondisi alamnya yang masih murni. Selain itu, menurut Nia, orang-orang asli Papua tergolong ramah.

Film “Di Timur Matahari” ini idenya diambil dari hasil survey yang dilakukan Nia dan Ale sejak bulan Agustus tahun lalu. Selain Laura Basuki dan Lukman Sardi, film ini juga akan dibintangi oleh Ririn ekawati dan sejumlah putra-putri asli Papua.

Lewat film ini, Nia ingin membimbing warga muda Papua untuk rajin belajar, bersikap terbuka dan bersemangat untuk membangun Papua menjadi negeri yang menarik tanpa harus berdemo atau korupsi.

Sumber :
Ceritamu.com

Senin, 23 Januari 2012

"DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH" Tak Masuk Nominasi Oscar

Dari 63 film asing yang diajukan akhirnya muncul 9 judul yang masih akan diseleksi sebelum masuk nominasi Oscar. Sayangnya, dari 9 judul yang tersisa ini judul DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH tak termasuk di dalamnya. Alhasil, Indonesia gagal unjuk gigi di perhelatan Oscar akhir Februari mendatang.

Seperti diberitakan ComingSoon.net, sembilan negara yang berhasil lolos seleksi awal ini adalah Belgia, Canada, Denmark, Jerman, Iran, Israel, Maroko, Polandia, dan Taiwan. Beberapa dari film yang masuk seleksi awal ini bahkan sudah sempat diedarkan di Amerika Serikat dan mendapat sambutan cukup baik di sana.

A SEPARATION karya Asghar Farhadi yang merupakan wakil dari Iran baru saja mendapat penghargaan Golden Globe dan diedarkan oleh Sony Pictures Classic Desember lalu. IN DARKNES karya Agnieszka Holland yang jadi wakil Polandia juga diedarkan oleh Sony Pictures Classic sementara wakil Israel yang berjudul FOOTNOTE karya Joseph Cedar baru akan diedarkan Maret mendatang.

PINA karya Wim Wender yang merupakan wakil Jerman telah diedarkan IFC mulai Desember lalu sementara MONSIEUR LAZHAR yang diboyong dari Canada oleh Philippe Falardeau baru akan ditayangkan pekan ini di Sundance Film Festival. Berikut adalah film-film yang berhasil lolos seleksi awal Oscar untuk kategori film asing.

1. Belgia - BULLHEAD - Michael R. Roskam

2. Canada - MONSIEUR LAZHAR - Philippe Falardeau

3. Denmark - SUPERCLASICO - Ole Christian Madsen

4. Jerman - PINA - Wim Wenders

5. Iran - A SEPARATION - Asghar Farhadi

6. Israel - FOOTNOTE - Joseph Cedar

7. Maroko - OMAR KILLED ME - Roschdy Zem

8. Polandia - IN DARKNESS - Agnieszka Holland

9. Taiwan - WARRIORS OF THE RAINBOW: SEEDIQ BALE - Wei Te-sheng


Sumber:

Film 9 ALASAN, Angkat Kisah 9 Istri Soekarno

Memasuki tahun 2012 film-film Indonesia berkualitas tampaknya akan semakin banyak. Beberapa film seperti “THE RAID” bahkan berhasil mencuri perhatian dunia internasional. Dalam waktu dekat ini akan hadir sebuah film Indonesia berjudul “9 Alasan”. Film produksi Rupakata Cinema ini kabarnya akan mengangkat kisah 9 istri mantan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.

Disutradarai oleh Deddy & Renny Fernandez, film yang ditulis oleh E.S. Ito ini akan menampilkan akting-akting ciamik dari Tio Pakusadewo, Acha Septriasa, Happy Salma, Revalina S. Temat, Lola Amaria, Mariana Renata, Wulan Guritno, Pevita Pearce, dan Mario Irwinsyah.

Tujuh dari sembilan istri Soekarno akan diperankan oleh bintang-bintang papan atas seperti Acha Septriasa (Oetari), Happy Salma (Inggit), Revalina S. Temat (Fatmawati), Lola Amaria (Hartini), Mariana Renata (Dewi), Wulan Guritno (Kartika) dan Pevita Pearce (Yurike). Untuk dua orang istri Soekarno lainnya akan diperankan oleh dua pendatang baru.

Tio Pakusadewo dipercaya memerankan tokoh Soekarno tua dan seorang musisi yang masih dirahasiakan namanya direncanakan akan memainkan Soekarno di waktu muda. Proses produksi film ini masih berjalan, dan belum ada tanggal rilis yang fix. Ceritamu.Com akan terus beri kamu update mengenai film ini. Stay tune!

Sumber:

Pevita Pearce Jadi Lesbi di Film

Artis cantik muda berbakat, Pevita Pearce, mendapat tantangan karir luar biasa dalam film terbarunya berjudul Dilema.

Film yang rencananya dirilis pada tanggal 23 februari mendatang, Pevita akan menampilkan peran menantang dalam film yang di produseri oleh artis senior Wulan Guritno. Untuk film Dilema, dirinya didaulat melakoni peran sebagai pecandu dan juga lesbian.

Pevita yang masih amat muda ini, terasa terlalu riskan memerankan peran tersebut. Tapi dara cantik 19 tahun tak bergeming dengan keputusannya bermain dalam film ini.

Inilah yang membuatnya tertantang, karena film itu memang menantang banget, ujarnya seperti dilansir Kompas. Pevita juga mengaku tak mendapatkan kesulitan yang berarti memdalamai karakter lesbian itu.

Menariknya, orang-orang terdekat Pevita, seakan tidak percaya kalau dia sukses dalam mengambil peran seperti itu.

Sumber:

Minggu, 22 Januari 2012

Review Film - "Kodrat" (1986)


Kodrat (1986)
Jenis Film : Drama

Sutradara             : Slamet Rahardjo Djarot
Cerita                  : Slamet Rahardjo Djarot

Skenario               : Slamet Rahardjo Djarot
Penata Kamera     : M. Soleh Ruslani
Penata Artistik     : MS. Bakti Saleh
Penata Musik        : Eros Djarot

Editor                  : Karsono Hadi


Pemain  


Slamet Rahardjo Djarot (Kodrat)
Anna Tairas (Susy)
Piet Pagau (Solikhin)
Bambang Sulistomo (Sofyan)
Darussalam (Mustakim)
Ida Iasha
Frans Tumbuan



Sinopsis

Sebuah drama dengan latar belakang kriminalitas. Kodrat (Slamet Rahardjo) merasa kehilangan sekali setelah sahabatnya, Solikhin (Piet Pagau) mati tertembak polisi. Mereka sama-sama berasal dari kaum miskin dan besar di asrama yatim piatu, hingga uang hasil jerih payah kejahatan mereka selalu disumbangkan pada asrama mereka. Kodrat ingin balas dendam, tapi oleh bossnya ia diperintahkan untuk mengakhiri pacar Solikhin. Ia tak rela. Ia serahkan Susy (Anna Tairas) pada polisi, dan pergi ke asramanya untuk menyerahkan seluruh kekayaannya. Bapak pengurus asrama, Mustakim (Darussalam) lalu membuka kedok Kodrat. Ia juga memberitahu bahwa yang menembak sahabatnya adalah alumnus asrama itu juga alias kawannya sendiri, Sofyan (Bambang Sulistomo). Maka klimaks berdarah tak terhindarkan. Bapak asrama yang mencoba melerai justru jadi korban.

Penghargaan
Festival
Kategori
Penerima / Nominee
Hasil
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Sutradara
Slamet Rahardjo Djarot
Menang
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Tata Kamera
M. Soleh Ruslani
Menang
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Pemeran Pembantu Pria
Darussalam
Menang
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Cerita
Slamet Rahardjo Djarot
Nominasi
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Skenario
Slamet Rahardjo Djarot
Nominasi
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Tata Musik
Eros Djarot
Nominasi
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Tata Artistik
MS Bakti Saleh
Nominasi
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Penyuntingan
Karsono Hadi
Nominasi
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Pemeran Utama Pria
Slamet Rahardjo Djarot
Nominasi
Festival Film Indonesia 1987 (Piala Citra)
Film

Nominasi

Review

Setelah menonton film ini di Sinematek Indonesia, saya langsung menganggap film Kodrat ini sebagai karya Slamet Rahardjo Djarot sebagai filmnya yang paling ‘gagah’. Film drama kriminal atau bisa dibilang film gangster, pada era itu bisa dikatakan jarang yang memiliki kualitas baik seperti film Kodrat ini. Memang tak dapat dipungkiri, ‘darah’ Teguh Karya dan Teater Populer tetap melekat pada karya-karya murid-murid atau jebolannya, selain Slamet, tentunya Eros Djarot dan Hengky Solaiman.

Slamet Rahardjo Djarot memiliki peranan penting dalam film ini, selain sebagai penulis cerita, skenario, sutradara, hingga sebagai pemeran utama Kodrat sendiri. Banyak peranan tersebut, ternyata tidak membuat Slamet ‘keteteran’. Penulisan skenario dapat diolah dan dikembangkan dengan baik oleh cerita yang kuat. Cerita dan skenario yang kuat tersebut membuat setiap karakter dalam film ini terasa pas porsinya. Karakter-karakter lain dapat bermain dengan seimbang walaupun tokoh sentralnya adalah Kodrat. Selain itu, saya yang menontonnya tidak terasa jenuh karena setiap adegan tidak bertele-tele dan memang penting untuk dilihat.

Tata Kamera yang menyorot setiap adegan drama, adegan tembak menembak, dan adegan di asrama yatim piatu terasa pas dan enak untuk dilihat. Tata musik yang ‘gagah’ oleh Eros Djarot tak perlu diragukan lagi, dan menjadi nilai tambah untuk film ini. Untuk gambar serta penyuntingan gambar, Kodrat tambah lebih baik setelah Kembang Kertas, karya Slamet sebelumnya di tahun 1985. Kedua film Slamet tersebut memiliki gambar yang bagus dan jernih, padahal kedua film tersebut dibuat di era 80an.

Segi pemeranan juga menjadi faktor utama dalam film ini. Kodrat yang diperankan Slamet Rahardjo sendiri, berhasil diperankannya dengan sangat baik. Karakter Kodrat mengingatkan saya pada karakter Vino G Bastian di film Serigala Terakhir (2009). Karakter utama yang berperan sebagai orang jahat, namun sebenarnya memiliki sisi yang baik dan juga memiliki romansa. Kodrat memiliki hubungan dengan dua wanita, Susy (Anna Tairas) dan Ida Iasha, yang menghasilkan seorang anak. Piet Pagau dan Bambang Sulistomo yang menjadi pemeran pendukung film ini juga berperan baik. Anna Tairas juga dapat tergali aktingnya, setelah akhirnya bermain di film berkualitas, seperti Kodrat ini. Ida Iasha walau masih terlihat kaku dan suaranya di sulih suarakan, tapi menjadi daya tarik tersendiri bagi film ini. Tokoh yang juga menjadi perhatian adalah Mustakim, bapak asrama, yang diperankan aktor veteran Darussalam. Karakter Mustakim dapat dimainkan dengan baik, dengan ekspresi dan intonasi yang pas, dan juga menjadi salah satu tokoh kunci dalam film ini.

Gaya penyutradaraan Slamet Rahardjo Djarot yang dapat mengarahkan setiap pemain dengan baik, dan berhasil mengeksekusi konsep ke dalam visual yang baik bagi penonton bioskop, rasanya memang pantas diganjar Citra, Sutradara Terbaik FFI 1987.

Kodrat, saya rasa merupakan salah satu masterpiece Slamet Rahardjo Djarot sebagai seorang sutradara.

Trivia
·      Film debutan Ida Iasha
·      Film ini dapat diakses dari Sinematek Indonesia